Biden-Netanyahu Bahas Rafah dan Bantuan Gaza, Pimpinan Mossad ke Qatar Rundingkan Gencatan Senjata
Biden-Netanyahu bahas situasi Rafah dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan pemimpin Mossad, utusan Mesir hingga PM Qatar rundingkan gencatan senjata
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu pada hari Senin (18/3/2024) membahas situasi di Rafah dan bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Secara terpisah, Pimpinan Mossad, David Barnea, PM Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dan utusan Mesir bertemu untuk merundingkan gencatan senjata perang Israel-Hamas di Gaza.
Dikutip dari Al Arabiya, percakapan antara Biden dan Netanyahu merupakan kali pertama sejak 15 Februari kemarin.
"Presiden Biden berbicara dengan PM Benjamin Netanyahu dair Israel untuk membahas perkembangan terbaru di Israel dan Gaza, termasuk situasi di Rafah, dan upaya meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza," papar Gedung Putih.
Melalui sambungan telepon tersebut, Netanyahu kembali menegaskan Israel berpegang tegung pada komitmen awal perang.
"Netanyahu mengatakan kepada Biden bahwa dia akan mengirim tim antarlembaga ke Washington untuk membahas potensi operasi militer di kota Rafah di selatan Gaza," urai Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan.
Invasi darat ke Rafah
Sementara itu, dalam pidato yang disampaikan oleh Pemimpin Mayoritas Senat, Chuck Schumer menyerukan pemilu baru di Israel.
Ia menyebut bahwa Netanyahu adalah penghalang perdamaian.
Schumer sejauh ini dikenal sebagai sosok penduduk lama Israel dan seorang pejabat tinggi Yahudi.
Keesokan harinya, Biden memuji pidato Schumer dan menyebut pemimpin mayoritas Senat itu menyuarakan keprihatinan banyak orang Amerika.
Baca juga: Tak Setujui Israel Serbu Rafah, Biden Telepon Netanyahu, Peringatkan Serangan Ini adalah Kesalahan
Netanyahu geram mendengarnya lalu menanggapi dengan mengatakan pidato Schumer sama sekali tidak pantas, lapor CNN.
Dalam sebuah rapat kabinet, Netanyahu menegaskan kembali bahwa pasukannya akan menginvasi Rafah, meski ada tekanan internasional agar Israel berhenti merenggut lebih banyak korban sipil.
Perundungan gencatan senjata di Qatar
Secara terpisah, Kepala Intelijen Israel, Perdana Menteri Qatar dan para pejabat Mesir mengadakan pembicaraan di Doha pada hari Senin (18/3/2024).
Pertemuan itu membahas mengenai kemungkinan kesepakatan gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera, kata seorang sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut kepada AFP.
Tujuan perundingan tersebut adalah mengamankan gencatan senjata di Gaza selama enam minggu, yang mana para militan Palestina akan membebaskan 40 sandera, kata seorang pejabat Israel kepada Reuters.
Tahap perundingan ini bisa memakan waktu setidaknya dua minggu, perkiraan pejabat tersebut, mengutip kesulitan yang mungkin dialami delegasi asing Hamas dalam berkomunikasi dengan kelompok tersebut di wilayah kantong yang terkepung setelah lebih dari lima bulan perang.
Dikutip dari Al Jazeera, sejak 7 Oktober 2023, perang telah menyebabkan sekitar 1.160 orang tewas di Israel, sebagian besar warga sipil, menurut hitungan resmi AFP.
Militan Palestina menyandera sekitar 250 sandera Israel dan asing selama serangan 7 Oktober, namun puluhan orang dibebaskan selama gencatan senjata selama seminggu pada bulan November.
Israel mengklaim sekitar 130 orang masih berada di Gaza, termasuk 33 – delapan tentara dan 25 warga sipil – yang diperkirakan tewas.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)