Aksi Bela Palestina, Cerita Pengusaha Indonesia Ikutan Boikot Produk Pro-Israel sejak Perang Dimulai
Meramaikan aksi bela Palestina, pengusaha asal Indonesia Putra Kelana menceritakan pengalamannya ikut andil dalam boikot produk pro-Israel.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Meramaikan aksi bela Palestina, pengusaha asal Indonesia menceritakan pengalamannya ikut andil dalam boikot produk pro-Israel.
Selama bulan suci Ramadan, biasanya pengusaha bernama Putra Kelana berbuka puasa bersama keluarga dan rekan-rekannya di beberapa gerai makanan di kotanya tinggal, Medan, Sumatera Utara.
Ada yang berbeda di tahun ini, ia mengecualikan satu gerai dalam listnya: McDonald's.
Kelana turut memboikot rantai makanan cepat saji tersebut sejak Oktober 2023, ketika McDonald's mengunggah foto di media sosial bahwa mereka menyumbangkan ribuan makanan gratis kepada Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di tengah perang di Gaza.
"Dulu saya punya stiker McDonald's di mobil saya, saya dapat diskon saat menggunakan drive-through, tapi saya merobeknya saat perang dimulai," paparnya, kepada Al Jazeera.
Laki-laki itu mengaku akan pergi ke Gaza untuk membantu melawan Zionis, jika bisa melakukannya.
"Muslim dibunuh oleh Israel setiap hari. Karena saya tidak bisa pergi ke sana secara langsung, hal terbaik lainnya adalah menunjukkan dukungan saya dengan tidak menggunakan produk yang berafiliasi dengan Israel," tegasnya.
Di seluruh Asia Tenggara, seruan untuk memboikot produk-produk pro-Israel mempunyai dampak nyata terhadap pendapatan merek-merek besar.
"Dampak paling nyata yang kami lihat terjadi di Timur Tengah dan negara-negara Muslim, seperti Indonesia dan Malaysia," ucap CEO McDonald's, Chirs Kempczinski dalam laporan pendapatannya.
Pewaralaba McDonald's di banyak negara mayoritas Muslim, termasuk Arab Saudi, Oman, Kuwait dan Uni Emirat Arab (UEA), telah menyatakan dukungannya bagi warga Palestina dan menjanjikan dana untuk mendukung upaya bantuan di Gaza.
Merek lainnya yang terkena dampak boikot termasuk Unilever dan jaringan kopi Starbucks.
Baca juga: Dampak Boikot Massal di Timur Tengah, Laba Penjualan McDonalds Kembali Amblas
Unilever Indonesia pada bulan November mengatakan bahwa mereka "sedih dan prihatin" atas konflik tersebut dan bahwa produk-produknya "dibuat, didistribusikan, dan dijual oleh masyarakat Indonesia".
Meskipun demikian, upaya merek-merek untuk menjauhkan diri dari perang terus tidak mendapat tanggapan apa pun.
Di Timur Tengah, pewaralaba Starbucks, AlShaya bahkan memutuskan untuk memangkas lebih dari 2.000 karyawannya.