Aksi Bela Palestina, Cerita Pengusaha Indonesia Ikutan Boikot Produk Pro-Israel sejak Perang Dimulai
Meramaikan aksi bela Palestina, pengusaha asal Indonesia Putra Kelana menceritakan pengalamannya ikut andil dalam boikot produk pro-Israel.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Bobby Wiratama
Raksasa ritel Teluk AlShaya Group, yang memiliki hak untuk mengoperasikan Starbucks di Timur Tengah, berencana memberhentikan lebih dari 2.000 orang.
Alasannya karena bisnis Starbuck menderita akibat boikot konsumen terkait dengan perang Gaza, kata orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Salah satu sumber mengatakan aksi boikot tersebut telah menyebabkan kondisi perdagangan yang sulit bagi perusahaan.
"Kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah rekan kerja di toko Starbucks MENA kami," kata AlShaya dalam sebuah pernyataan, tanpa mengkonfirmasi jumlah karyawannya.
AlShaya mengatakan pihaknya akan mendukung rekan-rekannya yang meninggalkan bisnis tersebut dan tetap berkomitmen terhadap wilayah tersebut.
"Pikiran kami tertuju pada mitra green apron yang akan hengkang, dan kami ingin berterima kasih atas kontribusi mereka," kata juru bicara Starbucks kepada Reuters.
"Starbucks tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan AlShaya untuk mendorong pertumbuhan jangka panjang di wilayah penting ini,"tambah juru bicara Starbucks.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)