Putin Menang Telak dalam Pilpres, Persatuan Rusia Disebut Makin Kuat, Barat Malah Terpecah Belah
Kemenangan mutlak Vladimir Putin disebut menunjukkan bahwa persatuan di Rusia kini makin kuat.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Sri Juliati
Dengan perolehan suara sebesar itu, bisa dikatakan bahwa Putin tak menghadapi lawan kuat dalam pilpres tahun ini.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara Barat lainnya mengklaim bahwa pilpres di Rusia tidak bebas atau berjalan dengan tidak adil karena lawan-lawan politik dipenjara.
Capres selain Putin hanya mendapat sedikit sekali suara. Nikolai Kharitonov menjadi capres dengan suara terbanyak kedua, yakni 4 persen.
Di belakang Kharitonov Vladislav Davankob dan kemudian Leonid Slutsky pada posisi keempat.
Dalam pidato kemenangannya di Moskwa, Putin mengaku akan mengutamakan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan “operasi militer khusus di Ukraina” dan menguatkan militer Rusia.
“Kita punya banyak tugas ke depan. Namun, ketika kita bersatu, tak penting siapa yang ingin mengintimidasi kita, menekan kita, tak ada yang pernah berhasil dalam sejarah, mereka tidak berhasil saat ini, dan mereka tidak akan berhasil pada kemudian hari,” ujar Putin dikutip dari Reuters.
Para pendukung pria berusia 71 tahun itu menerikakkan nama Putin ketika dia berada di atas panggung.
Baca juga: Ubah Taktik Perang, Putin Tunjuk Panglima Angkatan Laut Rusia yang Baru
Adapun setelah Putin selesai menyampaikan pidato, mereka berteriak, “Rusia, Rusia, Rusia!”
Meski demikian ada pula sejumlah orang yang melancarkan aksi protes terhadap Putin di Rusia dan di luar negeri.
Kepada wartawan, Putin mengklaim bahwa pemilu di Rusia berjalan dengan demokratis.
Dia kemudian mengatakan aksi protes terhadap dia tidak akan mempengaruhi hasil pilpres.
(Tribunnews/Febri)