Berkaca Kasus Penembakan Massal di Moskow, Ahli: ISIS Bikin Propaganda Rusia Tindas Umat Islam
ISIS menilai bahwa Rusia telah membuat kebijakan yang menindas Islam. Hal ini disinyalir menjadi alasan kuat ISIS melakukan serangan di Moskow.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Penembakan massal di sebuah gedung konser di Crocus City Hall di Moskow, Rusia yang terjadi pada Jumat (22/3/2024) mengakibatkan jatuhnya 133 korban jiwa hingga hari ini, Minggu (24/3/2024).
Adapun, menurut intelijen AS, peristiwa berdarah itu dilakukan oleh afiliasi kelompok militan ISIS di Afghanistan yaitu Negara Islam Khorasan (ISIS-K).
Di sisi lain, pejabat AS pun menyebut ISIS secara keseluruhan telah meningkatakan serangan ke negara-negara lain setelah sekian lama aksinya tak terdengar.
Lalu, berkaca dari peristiwa berdarah di Moskow, apa alasan ISIS menyerang Rusia?
ISIS Anggap Rusia Buat Kebijakan Tindas Umat Islam
Dikutip dari Reuters, serangan berupa penembakan massal pada 22 Maret 2024 lalu menjadi salah satu wujud tentangan keras dari ISIS-K terhadap kebijakan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Hal ini disampaikan oleh salah satu peneliti dari kelompok riset di New York, Colin Clarke.
"ISIS-K fokus pada Rusia selama dua tahun terakhir, dan sering mengkritik Putin dalam propagandanya," kata Collin.
Sementara menurut peneliti dari Wilson Center, Michael Kugelman, ISIS-K menilai Rusia menjadi salah satu pihak yang menindas umat Islam.
Menurutnya, kebijakan luar negeri Rusia seperti di Afghanistan dan Chechnya menjadi ancaman besar bagi ISIS.
Tak hanya itu, Kugelman juga menganggap hubungan harmonis antara Rusia dan Suriah serta Iran turut menjadi ancaman bagi ISIS.
Baca juga: Apa Itu ISIS-K, Kelompok yang Dituding AS di Belakang Serangan Teroris di Rusia
"Invasi soviet ke Afghanistan, tindakan Rusia di Checnya, hubungan dekat Moskow dengan pemerintah Suriah dan iran, dan terutama kampanye militer yang telah digembor-gemborkan Rusia terhadap anggota ISIS di Suriah serta melalui tentara bayaran Wagner Group di beberapa bagian Afrika menjadi hal yang ditentang oleh ISIS," kata Kugelman dikutip dari The Guardian.
ISIS Ingin Perluas Cakupan Organisasinya ke Level Global
Dilansir BBC, asisten profesor di Clemson University di South Carolina, Amira Jadoon, mengatakan ISIS-K telah menjadikan Moskow sebagai fokus untuk melakukan "perang propaganda ekstensif".
Jadoon juga mengatakan ISIS-K diduga kuat telah berusaha mengembangkan cakupan organisasinya ke level global lewat serangan berupa penembakan massal di Moskow.
"ISIS-K telah secara konsisten menunjukkan ambisinya untuk berkembang menjadi entitas regional yang tangguh dengan mngarahkan agresinya ke negara-negara seperti IRAn dan Rusia."
"ISIS-K tidak hanya menghadapi kelas berat regional tetapi juga menggarisbawahi relevansi politik dan jangkauan operasionalnya ke level global," jelasnya.
Sementara, dikutip dari Aljazeera, analisis militer asal Turki, Murat Aslan mengatakan alasan ISIS menyerang Rusia karena ideologinya dalam hal memilih target.
"Pertama-tama, Rusia berada di Suriah dan berperang melawan Daesh (ISIS) seperti Amerika Serikat. Itu berarti mereka melihat negara-negara seperti itu sebagai musuh," ujarnya.
Tak hanya itu, ISIS juga dinilai telah menganggap Rusia musuh lantaran adanya hubungan dengan Taliban.
Kugelman menyebut ISIS menganggap Taliban sebagai musuh bebuyutan meskipun sama-sama menganut aliran Islam sunni garis keras.
"Motivasi ISIS saat ini yang paling kuat unutk menyerang Rusia adalah faktor Taliban. Taliban adalah saingan berat ISIS, dan ISIS memandang Rusia sebagai teman Taliban," tuturnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)