Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Krisis Obat dan Makanan, Seorang Sandera Israel Tewas di Jalur Gaza

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan kematian seorang sandera Israel akibat kelaparan dan krisis obat-obatan di Jalur Gaza.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Krisis Obat dan Makanan, Seorang Sandera Israel Tewas di Jalur Gaza
Telegram/Brigade Al-Qassam
Yegev Bukhataf (34), sandera Israel yang dinyatakan tewas di tengah krisis obat-obatan dan makanan/minuman di Jalur Gaza. Brigade Al-Qassam mengumumkan kematiannya melalui Telegram, Sabtu (23/3/2024) malam. 

TRIBUNNEWS.COM - Abu Ubaida, juru bicara Brigade al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), mengumumkan kematian sandera Israel, Yegev Bukhataf (34), akibat kekurangan obat-obatan dan makanan di Jalur Gaza.

Warga Palestina di Jalur Gaza saat ini sedang mengalami kelaparan massal yang parah akibat pengepungan dan pemboman oleh Israel selama lebih dari lima bulan.

Hamas mengatakan kondisi tersebut juga dialami oleh para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.

“Meskipun dia selamat dari serangan tentara pendudukan, dia tidak luput dari kekurangan makanan dan obat-obatan," bunyi tulisan yang menampilkan foto Yegev Bukhataf dalam video di saluran Telegram Brigade Al-Qassam, Sabtu (23/3/2024) malam.

“Kami sebelumnya telah memperingatkan bahwa tawanan musuh menderita kondisi yang sama seperti rakyat kami, yaitu kelaparan, kekurangan, dan kekurangan makanan," kata Abu Ubaida.

Sebelumnya, Abu Ubaida mengungkapkan jumlah sandera Israel yang terbunuh akibat operasi militer tentara Israel di Jalur Gaza mungkin melebihi 70 sandera.

"Al-Qassam selalu ingin menyelamatkan nyawa para tahanan, tetapi sudah jelas bahwa kepemimpinan musuh sengaja membunuh para sanderanya untuk membuang file ini," kata Abu Ubaida.

Berita Rekomendasi

Dengan terbunuhnya sejumlah sandera akibat pemboman Israel dan untuk memperjelas posisi Al-Qassam, Abu Ubaida menekankan komitmen Hamas adalah untuk menukar sandera Israel dengan seluruh tahanan Palestina dari penjara Israel.

“Harga yang akan kami ambil sebagai ganti 5 atau 10 sandera hidup adalah harga yang sama dengan yang akan kita ambil sebagai ganti semua tahanan (Palestina)," kata Abu Ubaida, dikutip dari Al Mayadeen.

Namun, menurutnya hal itu hanya bisa terjadi jika tentara Israel tidak melakukan pengeboman yang membunuh para sandera di Jalur Gaza.

Saat ini, pembicaraan perjanjian antara Israel dan Hamas yang ditengahi Qatar dan Mesir masih berlangsung, yang berupaya mewujudkan gencatan senjata di Jalur Gaza untuk membebaskan sandera Israel, tahanan Palestina, dan masuknya bantuan kemanusiaan.

Baca juga: Veto Rusia dan China Buat Draf Resolusi AS soal Gencatan Senjata di Gaza Ditolak

Jumlah Korban

Saat ini agresi Israel masih berlanjut di Jalur Gaza, tercatat ada 31.923 kematian warga Palestina dan 74.096 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (21/3/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).

Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas