Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Takut Jadi Target Berikutnya, Prancis Siaga Tinggi usai Serangan Teror di Moskow

Prancis mulai siaga tinggi dan meningkatkan keamanan setelah serangan teror di Moskow. Prancis berupaya mengantisipasi serangan teror di negaranya.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
zoom-in Takut Jadi Target Berikutnya, Prancis Siaga Tinggi usai Serangan Teror di Moskow
Thibaud Moritz / AFP
Tentara Resimen Infantri Prancis di pangkalan Caserne Brune et Laporte di Brive-la-Gillarde, Prancis tengah, pada 1 Maret 2022. -- Prancis siaga tinggi setelah serangan teror di Moskow, Rusia. 

TRIBUNNEWS.COM - Prancis meningkatkan tingkat kewaspadaan terorisme di seluruh negeri menyusul penembakan massal di Crocus City Hall, Moskow pada Jumat (22/3/2024) malam.

Serangan teror di Moskow tersebut menewaskan 137 orang dan melukai lebih dari 150 orang lainnya.

“Setelah serangan di Moskow, presiden Prancis mengadakan pertemuan Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional malam ini,” tulis Perdana Menteri Prancis, Gabriel Attal, di X pada hari Minggu (24/3/2024).

“Mengingat klaim ISIS bahwa mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut, dan ancaman yang mengancam negara kami, kami memutuskan untuk meningkatkan rencana Vigipirate ke tingkat tertinggi,” tambahnya.

Vigipirate adalah sistem peringatan keamanan nasional Prancis.

Sistem peringatan tersebut memiliki tiga tingkat dan tingkat tertinggi diaktifkan ketika terjadi serangan di Prancis atau di luar negeri atau ketika ancaman serangan dianggap sudah dekat.

Tingkat keamanan tertinggi dapat dilakukan dengan patroli angkatan bersenjata di tempat umum seperti stasiun kereta api, bandara, dan tempat keagamaan, seperti dijelaskan France24.

Berita Rekomendasi

Sebelumnya, Prancis juga telah memperketat keamanannya menjelang Olimpiade Paralimpiade Paris yang dimulai pada 26 Juli 2024, yang diperkirakan akan menarik jutaan pengunjung ke Prancis.

Prancis telah menerapkan langkah-langkah keamanan yang diperkuat sejak serangkaian serangan teroris pada Januari 2015, setelah sekelompok pria bersenjata membunuh 17 orang di Paris dan sekitarnya.

Pemerintah Prancis menanggapinya dengan memberlakukan Operasi Sentinel, yang melibatkan pengerahan tentara bersenjata untuk berpatroli di Paris.

Salah satu serangan paling mematikan dalam sejarah terjadi pada November 2015, ketika pelaku bom bunuh diri dan pria bersenjata menewaskan 130 orang di Paris.

Baca juga: 4 dari 11 Pelaku Penembakan di Moskow Mulai Diadili atas Aksi Terorisme

Serangan Teror di Moskow

Beberapa pria bersenjata senapan serbu melepaskan tembakan di Crocus City Hall dan membakar gedung tersebut pada Jumat malam.

Otoritas Rusia menangkap 11 orang yang diduga terlibat dalam serangan teror itu, namun hanya empat orang yang menjalani sidang pertama pada Minggu (24/3/2024).

Sebelumnya, semua pelaku ditangkap ketika mencoba melarikan diri dengan mobil ke Ukraina, menurut Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Kelompok jihad Negara Islam Provinsi Khorasan (ISIS-K) mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Namun, Rusia sejauh ini belum mengkonfirmasi keterlibatan kelompok tersebut dan tidak disebutkan dugaan keterlibatan Ukraina, dikutip dari TASS.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Rusia dan Prancis

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas