Di Depan Tank, Jenderal IDF Mencak-mencak ke Para Politisi Israel yang Terbelah Soal Wajib Militer
Berdiri di depan sebuah tank di tepi Jalur Gaza, Jenderal Israel itu menyela wawancaranya tentang perang melawan Hamas untuk menyampaikan kemarahan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Di Depan Tank, Jenderal IDF Suarakan Kemarahan Tentara Israel ke Politisi Tel Aviv yang Doyan Ribut
TRIBUNNEWS.COM - Brigadir Jenderal Dan Goldfus, seorang jenderal dari pasukan pendudukan Israel (IDF) menyuarakan kemarahan tentara IDF atas perilaku politisi negaranya yang tengah ribut terkait aturan wajib militer di negara tersebut.
Berdiri di depan sebuah tank di tepi Jalur Gaza, Jenderal Israel itu menyela wawancaranya tentang perang melawan Hamas untuk menyampaikan kemarahan ke para politisi Israel di televisi, lapor Reuters.
Baca juga: Gallant Mau Yahudi Ultra-Ortodoks Harus Masuk Militer, Netanyahu: Kamu Bahayakan Stabilitas Israel
Dan Goldfus mendesak para politisi Israel dari semua golongan untuk menolak ekstremisme dan bersatu, menghindari kembalinya status quo sebelum pecahnya konflik pada Oktober merujuk pada serangan Banjir Al-Aqsa oleh Hamas.
Kemarahan sang jenderal itu meledak ketika perpecahan politik dan protes berbulan-bulan telah membuat Israel sangat terpolarisasi.
“Kalian (para politisi Israel) harus layak bagi kami. Anda harus layak bagi para prajurit yang telah kehilangan nyawa mereka,” kata Goldfus dalam wawancaranya pada 13 Maret 2024 sialm, yang disiarkan di saluran televisi utama Israel.
Goldfus kemudian mendapat teguran atas pernyataannya tersebut oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Letjen Herzi Halevi, dua hari kemudian, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Namun kata-kata Goldfus rupanya menyentak hati sebagian warga Israel yang berada di garis depan.
“Dia memberikan suara kepada banyak orang yang merasa mereka mengorbankan hidup dan waktu mereka sementara para politisi sibuk dengan politik kecil-kecilan,” kata Barak Reicher (42) yang baru saja menjalani tugas di pasukan cadangan IDF selama lima bulan.
Reuters kemudian mewawancarai 13 tentara IDF dari satuan pasukan cadangan dan wajib militer di pangkalan militer, di parlemen, di rumah, dan di lokasi protes.
"Mereka semua berbicara tentang semangat tinggi rekan-rekan mereka di medan perang, namun sebagian besar juga menggambarkan rasa frustrasi mereka terhadap kepemimpinan politik Israel," tulis laporan Memo.
Beberapa pihak, dari kedua sisi spektrum politik, menyuarakan kemarahan karena pemerintah gagal mengatasi isu-isu penting seperti reformasi wajib militer dan kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh tentara cadangan yang kembali.
Baca juga: Mati-matian Bela Yahudi Ultra-ortodoks, Netanyahu Ancam Para Menteri Israel Soal RUU Haredi
IDF, yang tidak mengomentari masalah kebijakan pemerintah, tidak segera menanggapi pertanyaan Reuters terkait kontroversi RUU Wajib Militer di Israel.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga tidak menanggapi pertanyaan yang sama.