Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas

Pasukan Israel segera menyerbu Rafah. Mereka mengidentifikasi maut mengintai di sana mulai dari terowongan maut hingga markas rahasia Hamas.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas
JN/tangkap layar
SERBU RAFAH - Seorang anggota pasukan infanteri dari Tentara Israel (IDF) berjalan di dekat sebuah tank di antara puing reruntuhan di Gaza. IDF dilaporkan sudah melakukan persiapan penyerbuan darat ke Rafah yang mereka identifikasi memiliki bahaya sangat besar mulai dari terowongan hingga markas komando Hamas. 

Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas

TRIBUNNEWS.COM - Media Israel berbahasa Ibrani, Channel 12 Israel melaporkan pada Rabu (27/3/2024) malam kalau tentara Israel (IDF) telah bersiap menyerang kota Rafah.

Persiapan agresi militer darat ke Rafah ini disebutkan dilakukan IDF dalam mengantisipasi gagalnya negosiasi yang sedang berlangsung dengan Hamas di Doha terkait pertukaran tahanan dan sandera.

Menurut Channel 12, pasukan Israel bahkan sudah melakukan persiapan taktis di lapangan meski ada tekanan besar dari dunia Internasional melalui resolusi Dewan Keamanan PBB yang memerintahkan gencatan senjata segera di Gaza.

Baca juga: Sebut Yahudi Terancam, Menteri Israel: Kami Akan Serbu Rafah Meski Seluruh Dunia Menentang

Selain itu, Israel juga terindikasi mengabaikan peringatan Amerika Serikat (AS) yang menentang niatan Israel menyerbu Rafah sebelum ada rencana penyerangan yang jelas terkait situasi pengungsi di kota tersebut.

"Meskipun ada tekanan dari Amerika, Israel telah memulai persiapannya untuk bertindak di Rafah dan telah mengambil langkah-langkah nyata di lapangan sebagai persiapan untuk operasi tersebut jika kesepakatan dengan Hamas soal pertukaran para tawanan gagal," tulis laporan Channel 12.

Laporan tersebut menambahkan, "Pada saat yang sama, Menteri Pertahanan (Yoav) Galant sedang mengoordinasikan operasi militer di Rafah dengan rekan-rekannya di Washington."

Berita Rekomendasi

Sebagai informasi, negosiasi antara Hamas dan Israel terjadi secara tidak langsung melalui mediasi Qatar dan Mesir di Ibu kota Qatar, Doha, selama berhari-hari.

Namun sejauh ini, negosiasi tersebut belum menghasilkan kesepakatan pertukaran tahanan, Al-Ghad melaporkan.

Baca juga: Intelijen Israel: Berbulan-bulan Gempuran Total di Gaza, Hamas Mustahil Dihancurkan

Gambar ini diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 15 Desember 2023, menunjukkan sebuah terowongan yang dilaporkan digunakan Hamas untuk menyerang Israel melalui penyeberangan perbatasan Erez pada 7 Oktober 2023.
Gambar ini diambil selama tur media yang diselenggarakan oleh militer Israel pada 15 Desember 2023, menunjukkan sebuah terowongan yang dilaporkan digunakan Hamas untuk menyerang Israel melalui penyeberangan perbatasan Erez pada 7 Oktober 2023. (JACK GUEZ / AFP)

Maut Menanti di Rafah

Di balik niat nekat mereka menginvasi Rafah, Israel sadar betul kalau ada banyak bahaya yang potensial menjadi malapetaka bagi pasukan IDF di Rafah.

Karena itu, Israel dilaporkan menyiapkan sejumlah strategi dan persiapan taktis terkait antisipasi maut yang sedia menjemput mereka di Rafah.

Laporan Channel 12 melaporkan, "Persiapan tentara mencakup rencana untuk menangani terowongan, ruang komando penyerangan, dan rumah-rumah di mana para pemimpin Hamas bersembunyi, dan untuk melenyapkan anggota gerakan Hamas".

Terowongan, sejauh ini memang masih menjadi tulang punggung milisi perlawanan Palestina yang tak juga bisa diatasi oleh Pasukan Israel.

Terowongan di Rafah, bagian dari jaringan luas yang berada di Jalur Gaza, adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai lapis dan bagian.

Berbagai cara sudah dilakukan Israel, termasuk membanjiri terowongan dengan air laut, namun belum juga menunjukkan hasil yang diinginkan.

Baca juga: Media Israel Sebut Pembanjiran Terowongan Sukses, Hamas: Dibangun Insinyur, Sudah Diperhitungkan

Militer Israel telah mulai memasang pompa untuk membanjiri terowongan Hamas di bawah tanah Gaza menggunakan air laut.
Militer Israel telah mulai memasang pompa untuk membanjiri terowongan Hamas di bawah tanah Gaza menggunakan air laut. (KREDIT FOTO: Dr Eli David via X)

Selain banyaknya jebakan, rendahnya kemauan pasukan IDF untuk masuk menelusur terowongan menjadi satu di antara faktor yang membuat jaringan bawah tanah ini cenderung tidak tersentuh.

Bahaya lain yang mengintai pasukan IDF adalah adanya apa yang mereka sebut sebagai attack command rooms.

Jikalau ruang komando Hamas ini ada di Rafah, IDF punya tantangan untuk menemukannya karena letaknya pasti tersembunyi dan dipersenjatai dengan jebakan-jebakan.

Hal lain yang IDF antisipasi di Rafah adalah apa yang mereka identifikasi sebagai markas rahasia pemimpin Hamas.

Jelas bukan pekerjaan mudah bagi IDF untuk menyisir tiap jengkal Rafah demi menemukan markas ini.

Faktor lain yang harus dihadapi Pasukan IDF adalah keberanian para petempur milisi perlawanan Palestina itu sendiri.

Taktik gerilya yang sering ditunjukkan Brigade AL-Qassam (sayap militer Hamas) dan Brigade Al-Quds (sayap militer PIJ) kerap menunjukkan kalau gerakan itu cenderung bergerak dalam kelompok kecil dengan taktik hit and run.

Kerap kali, mereka muncul secara mendadak 'di depan hidung' pasukan IDF tanpa disadari lalu mengejutkan mereka dengan rentetan tembakan atau serbuan roket.

CEKUNGAN TANAH- Beberapa cekungan tanah dari hasil pemboman beberapa roket Israel ke tenda-tenda pengungsi di Rafah. Setidaknya 95 warga sipil, hampir setengah dari mereka adalah anak-anak tewas dalam empat serangan tidak sah di Rafah.
CEKUNGAN TANAH- Beberapa cekungan tanah dari hasil pemboman beberapa roket Israel ke tenda-tenda pengungsi di Rafah. Setidaknya 95 warga sipil, hampir setengah dari mereka adalah anak-anak tewas dalam empat serangan tidak sah di Rafah. (SAID KHATIB / AFP)

Beli Tenda dari China, AS Keberatan

Terlepas dari persiapan taktis tempur bagi pasukannya tersebut, Israel dilaporkan juga menuruti keinginan AS untuk menyiapkan kondisi kemanusiaan bagi para pengungsi.

Laporan Channel 12 menyebutkan, "Sebagai persiapan untuk operasi masa depan di Rafah, dan sebagai bagian dari penanganan penduduk sipil yang tinggal di Rafah, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan pembelian 40.000 tenda dari Tiongkok untuk Gaza."

Menurut saluran tersebut, "Tenda akan dipindahkan ke Gaza segera setelah tiba di Israel, dan lokasi yang jelas akan ditentukan bagi mereka di sektor tersebut, di mana tenda akan didirikan, dan pengungsi akan dipindahkan ke sana."

Di sisi lain, John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, dalam sebuah wawancara dengan saluran yang sama pada Rabu malam menegaskan kembali penolakan Amerika Serikat terhadap operasi militer di kota Rafah yang padat dengan pengungsi.

Dia berkata, “Kami percaya bahwa melakukan operasi darat skala besar di Rafah adalah sebuah kesalahan.”

Dia menambahkan, “Kami tidak bisa mendukung serangan darat besar-besaran di Rafah tanpa rencana yang dapat diverifikasi dan dicapai untuk menjamin keselamatan 1,5 juta warga Gaza yang mengungsi di sana akibat operasi di utara, Khan Yunis, dan sebelumnya. di Kota Gaza."

Mengenai peringatan tentang “konsekuensi” operasi militer di Rafah yang ditegaskan oleh Kamala Harris, Wakil Presiden AS, Kirby mengatakan, “Seperti yang juga disampaikan Wakil Presiden, saya tidak akan berspekulasi atau terlibat dalam skenario virtual di sini. Kami yakin bahwa ada cara lain untuk mengejar Hamas di Rafah, sementara Israel sekali lagi mempunyai hak untuk melakukan hal tersebut, namun dengan cara yang tidak membahayakan orang-orang tersebut, para pengungsi.”

Pada hari Minggu lalu, Harris mengatakan dalam sebuah wawancara dengan ABC News kalau dia tidak mengenyampingkan “konsekuensi bagi Israel jika mereka melanjutkan serangan militernya ke Rafah.”

Dia menambahkan, "Kami sudah jelas dalam berbagai pembicaraan dan dalam segala hal bahwa operasi militer besar-besaran di Rafah akan menjadi kesalahan serius."

Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, telah meminta Israel untuk tidak melakukan tindakan militer apa pun di Rafah tanpa memastikan evakuasi yang aman bagi lebih dari satu juta warga sipil Palestina.

Amerika Serikat telah berulang kali menekankan dalam beberapa pekan terakhir bahwa Israel belum menyampaikan rencana yang dapat diandalkan mengenai evakuasi warga sipil dari Rafah.

Israel, yang telah membunuh puluhan ribu warga Palestina dalam perang destruktifnya di Jalur Gaza, memaksa sebagian besar warga Palestina di bagian utara dan tengah Jalur Gaza untuk mengungsi ke kota yang berdekatan, dengan Rafah, atas alasan bahwa wilayah tersebut adalah “daerah yang aman.”

Namun, mereka kemudian menargetkan Rafah dengan beberapa serangan udara, yang mengakibatkan puluhan korban jiwa. 

(oln/jn/chnl12/khbrn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas