Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Populer Internasional: Dalang Aksi Pembakaran Alquran Ditemukan Tewas - Kematian 2 Jenderal Iran

Rangkuman berita populer internasional, di antaranya dalang aksi pembakaran Al Quran ditemukan tewas di Norwegia.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
zoom-in Populer Internasional: Dalang Aksi Pembakaran Alquran Ditemukan Tewas - Kematian 2 Jenderal Iran
Kolase Tribunnews
Rangkuman berita populer internasional, di antaranya dalang aksi pembakaran Al Quran ditemukan tewas di Norwegia. 

TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.

Dalang aksi pembakaran Al Quran, Salwan Momika, ditemukan tewas di Norwegia.

Sementara itu, Israel mulai waspada setelah tewasnya jenderal Iran.

Soal serangan teror di Moskow, intel Rusia menyebut Amerika adalah dalangnya, tapi menyalahkan ISIS.

Selengkapnya, berikut berita populer internasional dalam 24 jam terakhir.

1. Dalang Aksi Pembakaran Alquran Salwan Momika Ditemukan Tewas di Norwegia

Mantan pemimpin milisi Irak, Salwan Momika, dalang aksi pembakaran Alquran di Swedia, dilaporkan tewas di Norwegia, Senin (1/4/2024) kemarin.

Salwan diketahui baru sepekan lalu memutuskan pindah ke Norwegia setelah merasa tidak aman di Swedia.

Berita Rekomendasi

“Hari ini saya meninggalkan Swedia dan sekarang berada di Norwegia di bawah perlindungan pihak berwenang Norwegia,” tulis Salwan Momika pada 27 Maret lalu.

Dikutip Arab News, Momika yang berasal dari Qaraqosh di Dataran Nineveh Irak utara, adalah seorang mantan militan di negara asalnya.

Momika seorang pendiri partai Persatuan Demokrat Suriah dan Hawks Syriac Forces.

Ini adalah sebuah milisi bersenjata yang berafiliasi dengan milisi Kristen Brigade Babilonia, yang mengangkat senjata melawan ISIS.

Baca juga: Korvet Sa’ar 6 Israel Hampir Jebol Dihajar Drone, Serangan Milisi Pro Iran dan Houthi Kepung Eilat

Salwan Momika sendiri kabur dari Irak ke Swedia sebagai pengungsi setelah terlibat kejahatan saat menjadi anggota Pasukan Mobilisasi Populer (PMF).

BACA SELENGKAPNYA >>>

2. Israel Mulai Waspada setelah Bunuh 2 Jenderal Iran dan 5 Anggota IRGC di Damaskus

Perusahaan penyiaran Israel melaporkan bahwa Kedutaan Israel di seluruh dunia mulai meningkatkan kewaspadaannya setelah serangan udara Israel membunuh dua pejabat senior Iran di Damaskus, Suriah, pada Senin (1/4/2024).

"Sudah ada keadaan siaga di kedutaan Israel sejak pecahnya perang (7 Oktober), namun setelah pembunuhan pejabat Iran di Damaskus (Mohammed Reza Zahedi), kewaspadaan di kedutaan Israel akan ditingkatkan," lapor Kan, Selasa (2/4/2024).

Kantor berita resmi Iran, IRNA, mengumumkan pada Senin pagi bahwa pemimpin Garda Revolusi, Mohammad Reza Zahedi, tewas akibat serangan Israel di gedung bagian konsuler di kedutaan Iran di Damaskus.

7 Anggota IRGC Tewas dalam Serangan Israel

Garda Revolusi Iran (IRGC) mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan pada Senin malam hari bahwa dua komandan militer dan lima perwiranya tewas dalam serangan itu.

"Serangan itu terjadi setelah kerugian yang tidak dapat diperbaiki yang diderita oleh entitas kriminal Zionis dalam menghadapi perlawanan dan ketabahan masyarakat Palestina di Jalur Gaza," kata IRGC, Senin malam.

BACA SELENGKAPNYA >>>

Haji Rahimi (kanan) berfoto bersama Hassan Irlou, seorang operator senior IRGC yang menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam misi rahasia dengan kelompok militan di seluruh wilayah dan dikirim ke Yaman sebagai
Haji Rahimi (kanan) berfoto bersama Hassan Irlou, seorang operator senior IRGC yang menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam misi rahasia dengan kelompok militan di seluruh wilayah dan dikirim ke Yaman sebagai "duta besar" di Sanaa tetapi meninggal karena Covid-19 (X Iran International English)

3. Singgung Nasib Apes PM Israel, Pakar Ungkap Tujuan Netanyahu Lanjutkan Perang: Tunda Sidang & Pemilu

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut memiliki agenda pribadi yang menjadi motif tindakannya di Jalur Gaza.

Pembebasan warga Israel yang disandera Hamas disebut bukan prioritas Netanyahu dalam perang di Gaza.

Menurut pakar antropologi Israel-Amerika Serikat (AS) bernama Jeff Halper, Netanyahu tak suka jika pemilu digelar di negara Zionis itu.

“[Netanyahu] punya satu agenda pribadi karena makin lama perang berlanjut, tidak akan ada pemilu,” kata Halper pada hari Senin, (1/4/2024), dikutip dari Sputnik News.

Halper juga menyinggung nasib sial yang dialami oleh perdana menteri sayap kanan ekstrem itu.

Baca juga: Genosida Israel di Gaza Jalan Terus, Palestina Desak Liga Arab Gelar Sidang Luar Biasa

“Dia sangat tidak populer. Dia sedang diadili, dia punya tiga persidangan yang sedang bergulir, dan dia bisa bisa menunda, menunda, menunda segalanya sepanjang perang berlanjut,” kata dia menjelaskan.

Halper menyebut militer Israel memang memiliki agenda melenyapkan Hamas. Namun, Israel belum tentu punya agenda membebaskan para sandera.

BACA SELENGKAPNYA >>>

4. Intel Rusia: Washington Diduga Terlibat Teror Balai Kota Crocus, Kambing Hitamkan ISIS

Rusia kini mulai mencurigai adanya keterlibatan Amerika Serikat terhadap aksi terorisme internasional, termasuk tragedi di Balai Kota Crocus pada dua pekan lalu.

Layanan pers Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) menyebutkan kecurigaan tersebut muncul karena Washinton selalu berupaya untuk membebaskan rezim Kiev dan kelanjutan pasokan bantuan ke Ukraina setelah serangan teroris pada 22 Maret di sebuah konser yang ramai di Balai Kota Crocus di pinggiran kota Moskow.

“Menjadi jelas bahwa, dengan menutupi rezim kriminal Kiev dan memberikan bantuan, AS berisiko dicurigai terlibat dalam terorisme internasional,” kata pernyataan SVR dikutip dari kantor berita TASS, Selasa (2/4/2024).

Presiden AS Joe Biden dituding terus berusaha membentuk gambaran yang menyimpang tentang serangan teror besar di jantung Rusia.

Rusia menuding, Departemen Luar Negeri, badan intelijen AS, organisasi non-pemerintah yang terafiliasi, dan media telah ditugaskan untuk membersihkan komunitas global dari segala kecurigaan yang dilakukan Volodymyr Zelensky dan rekannya terlibat dalam kejahatan tersebut,” kata SVR.

“Gedung Putih khawatir bahwa penemuan sidik jari Kiev dalam insiden tersebut akan mengungkap sifat teroris rezim Ukraina dan, dengan demikian, sepenuhnya melemahkan rencana Washington untuk meningkatkan dukungan terhadap Ukraina,” tambahnya.

BACA SELENGKAPNYA >>>

(Tribunnews.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas