Hari Al-Quds, Sekjen Hizbullah Sindir Negara Arab: Harusnya Malu Normalisasi Hubungan dengan Israel
Sekjen Hizbullah, Hasan Nasrallah juga menyindir manuver sejumlah negara Arab yang justru berniat melakukan normalisasi hubungan dengan Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
“Iran telah menjadi pendukung semua orang yang menentang entitas ini sejak 1979, dan dukungannya telah mengubah banyak hal.”
“Jika Iran ingin mengubah posisinya, hal itu sudah dilakukan beberapa dekade lalu,” tambahnya.
“Semua pejuang perlawanan yang bergantung pada Iran harus yakin bahwa Iran tidak akan meninggalkan kaum tertindas dan juga tidak akan meninggalkan sekutunya.”
Baca juga: Bom Suriah, Menhan Israel: Serangan Militer Kami Lakukan di Seluruh Timur Tengah Melawan Musuh
Sindir Negara Arab
Nasrallah juga menyindir manuver sejumlah negara Arab yang justru berniat melakukan normalisasi hubungan dengan Israel yang melancarkan agresi militer ke Gaza di tengah perlawanan rakyat Palestina.
“Bagi setiap pejuang perlawanan yang terhormat, persahabatan dengan Iran adalah tindakan kemanusiaan dan martabat yang terhormat, dan mereka yang seharusnya merasa malu adalah mereka yang menormalisasi hubungan dengan Israel.”
“Malu atas keramahan Anda terhadap Amerika Serikat, yang bertanggung jawab atas kejahatan dan perang di kawasan ini,” lanjutnya.
“Hubungan dengan Iran, yang memberikan bantuan untuk memulihkan tanah dan kedaulatan, didasarkan pada prinsip paling sederhana, yaitu hubungan kesetiaan.”
“Tidak ada keraguan bahwa [Operasi] Banjir al-Aqsa adalah titik sejarah di wilayah kami, dan operasi tersebut secara drastis mengubah status quo regional, baik sebagai sekutu maupun musuh,” kata pemimpin Hizbullah tersebut.
“Kita berada di hadapan sebuah peristiwa yang membahayakan kelangsungan hidup Israel dan mengungkap kerapuhannya,” kata dia.
Baca juga: Israel Terpojok, AS Balik Badan, Dewan PBB Larang Ekspor Senjata ke Tel Aviv, IDF Perang Pakai Batu?
Perang Orang Gila
Nasrallah menggambarkan perang di Gaza sebagai perang "orang-orang yang kehilangan akal sehatnya, perang para penjagal dan penjahat."
Ia mengatakan, enam bulan setelah perang, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Keamanan Yoav Gallant, dan pihak-pihak lain di “Israel” masih “tidak waras”.
Dia secara khusus merujuk pada strategi Israel yang menggunakan taktik 'kelaparan' terhadap Gaza dalam agresi militernya.
“Apa yang dilakukan musuh dalam hal pembunuhan dan kelaparan di Gaza adalah untuk menekan dan mengintimidasi karena mereka tidak mempunyai cakrawala di lapangan atau dalam negosiasi,” kata Nasrallah.
“Setelah enam bulan, Netanyahu masih belum mampu melenyapkan Hamas dan perlawanan di Gaza serta memulangkan para tahanan.”
Baca juga: Intelijen Israel: Berbulan-bulan Gempuran Total di Gaza, Hamas Mustahil Dihancurkan