Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sosok Panglima Israel Herzi Halevi, Berencana Mengundurkan Diri Akhir Tahun Ini

Letjen Herzi Halevi Panglima Pasukan Pertahanan Israel (IDF), berencana mengundurkan diri akhir tahun ini.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
zoom-in Sosok Panglima Israel Herzi Halevi, Berencana Mengundurkan Diri Akhir Tahun Ini
IDF
Panglima Israel Herzi Halevi terlihat pada 13 Februari 2024 

Pada tahun-tahun awal kariernya, ia bertempur dengan Hizbullah.

Ia bergabung dengan Sayeret Matkal, sebuah unit pasukan khusus yang melakukan operasi rahasia jauh di negara-negara Arab, yang akhirnya ia pimpin.

Halevi selanjutnya memimpin sebuah brigade di Tepi Barat yang diduduki.

Pada tahun 2009, ia memimpin pasukan terjun payung di Gaza, dalam serangan darat di kota-kota di utara kota Gaza di mana IDF bertempur sekali lagi.

Sebagai komandan Divisi Galilea mulai tahun 2011, Jenderal Halevi memimpin IDF di perbatasan dengan Lebanon.

Ia menjadi kepala intelijen militer pada tahun 2014 dan Komando Selatan pada tahun 2018, dengan tanggung jawab untuk menghalangi Hamas.

Setelah pengalamannya dalam perang Gaza tahun 2008-2009, yang menewaskan ratusan warga sipil Palestina, ia menjadi pendukung vokal perilaku perang yang legal dan etis.

BERITA REKOMENDASI

Dalam pidatonya pada tahun 2009, Halevi mengkritik komandan lapangan Israel lainnya karena gagal menetapkan “standar moral” bagi tentara yang bertempur di daerah perkotaan yang banyak warga sipil.

“Seorang prajurit tidak dapat berperang dengan buku hukum,” katanya.

"Namun para komandan mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa standar moral dan hukum ditegakkan."

Pandangan Jenderal Halevi berasal dari tradisi militer Israel.

Baca juga: Panglima Israel Pecat 2 Komandan Senior IDF usai Bunuh 7 Pekerja Bantuan Asing di Gaza

Yitzhak Sadeh, pemimpin Haganah, milisi Zionis yang merupakan cikal bakal IDF, menciptakan istilah “kemurnian senjata” dan memperingatkan para pejuang agar tidak melakukan tindakan pembalasan yang tidak disengaja.

Namun IDF juga memiliki komandan yang mengabaikan prinsip-prinsip tersebut.

Pada tahun 1953, perwira komando muda Ariel Sharon, memimpin pembalasan di Qibya, sebuah desa di Tepi Barat, yang saat itu dikuasai oleh Yordania.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas