Sahabat Prabowo di Ambang Perang Iran vs Israel, Raja Abdullah Teguhkan Nasib Yordania, Indonesia?
Raja Yordania, Raja Abdullah II sahabat Prabowo menjadi sorotan setelah militernya mencegat serangan rudal Iran ke Israel, posisi Indonesia dibahas
Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Tiara Shelavie
Ia memuji pihak berwenang yang mampu mengatasi tantangan ini, dan mengatakan bahwa mereka telah menunjukkan keahliannya dalam membiarkan para pengunjuk rasa menguji batas-batas perbedaan pendapat, sekaligus menjaga ketertiban umum.
Protes harian sebagian besar dilakukan oleh laki-laki muda dari latar belakang kelas pekerja. Teriakan umat Muslim “Tuhan Maha Besar” sering kali menyela nyanyian yang mengagung-agungkan para pemimpin militer Hamas.
Anggota gerakan sayap kiri dan sekelompok pensiunan militer yang menentang hubungan kerajaan dengan Israel juga menghadiri protes tersebut, diikuti oleh beberapa siswa di universitas swasta dan sekolah menengah swasta yang mahal.
Namun intinya adalah anggota Ikhwanul Muslimin dan simpatisan mereka, kata Sharafat, pendiri Pusat Studi Globalisasi dan Terorisme Shorufat.
“Ikhwanul Muslimin adalah satu-satunya yang bisa mengatur jalan seperti ini,” kata Sharafat. Kelompok ini mungkin melampaui batasan yang memungkinkan mereka beroperasi secara legal di Yordania, tambahnya.
Seruan mereka agar Yordania membatalkan perjanjian damai dengan Israel, yang merupakan landasan kebijakan luar negeri Amman dan aliansi dengan Washington, “sama saja dengan bunuh diri politik” dan akan terus diabaikan oleh pihak berwenang, katanya.
Dia memuji cara Raja Abdullah menangani perang tersebut, dan kebijakannya yang mengubah kerajaan tersebut menjadi pusat pasokan kemanusiaan untuk dikirim ke Gaza.
Raja juga mendapat dukungan nyata dari AS mengenai perlunya membendung tindakan Israel di Tepi Barat, dengan tujuan utama mencegah gelombang pengungsi lagi ke Yordania.
Kerajaan ini menerima pengungsi pada tahun 1948 dan 1967, sehingga sebagian besar dari 10 juta penduduk Yordania adalah keturunan Palestina.
Mayoritas dari mereka mempunyai kewarganegaraan Yordania.
Warga Palestina dan keturunannya memainkan peran penting di sektor swasta, sementara anggota suku yang berada di wilayah tersebut sebelum Transyordania didirikan sebagai protektorat Inggris menopang pasukan keamanan dan birokrasi.
Legitimasi politik raja di antara kedua kelompok tersebut diperkuat oleh peran tradisional Hashemite sebagai penjaga Masjid Al Aqsa di Yerusalem, salah satu situs paling suci dalam Islam.
Namun Raja Abdullah telah menegaskan bahwa Yordania tidak dapat menerima gelombang pengungsi lagi.
Dalam pertemuan dengan para pejabat Arab dan Barat , raja tidak menyembunyikan rasa frustrasinya karena upaya Yordania untuk melakukan gencatan senjata di Gaza sebelum Ramadhan gagal menemukan terobosan, kata seorang diplomat senior yang baru-baru ini bertemu dengan para pejabat istana.