VIDEO Deretan Senjata yang Bakal Dipakai Israel untuk Membalas: Iran Bersiap dengan Drone Canggih
Kemungkinan besar Israel akan mengerahkan Iron Dome, Arrow, David's Sling, Iron Beam, dan Laser-Based System untuk serangan balasan ke Iran.
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM - Usai diserang oleh Iran dengan lebih dari 300 drone dan rudal pada 13 April lalu, Israel rupanya tengah bersiap untuk melancarkan serangan balasan.
Kemungkinan besar Israel akan mengerahkan Iron Dome, Arrow, David's Sling, Iron Beam, dan Laser-Based System untuk serangan balasan ke Iran.
Di lain sisi Iran pun sudah menyiapkan sejumlah senjata canggih untuk mencegah serangan balasan dari Israel.
Dikutip dari CNN, Iron Dome yang akan digunakan Israel untuk melakukan serangan balasan adalah salah satu sistem pertahanan andalan milik Israel dan digunakan untuk memblokir serangan Iran.
Iron Dome adalah sistem pertahanan udara jarak pendek yang dikembangkan oleh perusahaan pertahanan Rafael Advanced Defense Systems milik Israel pada 2007.
Rafael Advanced System merupakan perusahaan asal Israel dan dengan dukungan Amerika Serikat.
Setelah melewati serangkaian uji coba pada 2008 dan 2009, baterai Iron Dome pertama dikerahkan pada 2011.
Sistem pertahanan rudal ini merupakan salah satu alat terpenting dalam persenjataan Israel.
Iron Dome terdiri dari tiga elemen utama yakni peluncur dan pencegatnya radar multi-misi berbasis darat, serta sistem kontrol.
Iron Dome dirancang untuk menembak jatuh proyektil yang masuk.
Sistem ini dilengkapi dengan radar yang mendeteksi roket dan kemudian menggunakan sistem komando dan kontrol yang dengan cepat menghitung apakah proyektil yang masuk menimbulkan ancaman atau akan menghantam area yang tidak berpenduduk.
Ada juga sistem pertahanan rudal Arrow-2 dan Arrow-3.
Senjata tersebut dikembangkan oleh Israel dengan mempertimbangkan ancaman rudal Iran.
Sistem pertahanan ini dirancang untuk mencegat rudal balistik di luar atmosfer bumi, menggunakan hulu ledak yang dapat dilepas dan bertabrakan dengan target.
Dikutip dari CNN, Arrow 2 menggunakan hulu ledak fragmentasi untuk menghancurkan rudal balistik saat mereka menukik menuju target di lapisan atas atmosfer.
Arrow 2 memiliki jangkauan 56 mil dan ketinggian maksimum 31 mil.
Sementara itu, Arrow 3 menggunakan teknologi hit-to-kill untuk mencegat rudal balistik yang masuk di luar angkasa, sebelum memasuki kembali atmosfer dalam perjalanan menuju sasaran.
Sistem pertahanan Israel lainnya adalah David's Sling yang melindungi dari ancaman jarak pendek dan menengah.
David's Sling merupakan proyek gabungan Rafael Advanced Defense System Israel dengan raksasa pertahanan AS, Raytheon Technologies.
Sistem ini dirancang untuk menembak jatuh rudal balistik yang ditembakkan dari jarak 100 km hingga 200 km.
David's Sling juga dirancang untuk mencegat pesawat, drone, dan rudal jelajah.
Israel juga tengah mengembangkan sistem pertahanan udara berbasis laser bernama Iron Beam untuk menetralisir roket dan drone musuh dengan perkiraan biaya hanya USD2 per intersepsi.
Dikutip dari AP News, Israel mengatakan sistem ini akan membawa perubahan besar karena pengoperasiannya jauh lebih murah dibandingkan sistem yang sudah ada.
Namun sistem ini belum dapat dioperasikan.
Dikutip dari Reuters, sistem ini adalah sistem pertahanan dengan biaya murah.
Sistem ini dapat melumpuhkan rudal dan drone musuh dengan sistem laser.
Iran
Di lain sisi, Iran terus mempersiapkan dirinya guna menghadapi potensi serangan balasan Israel.
Bila menilik sektor pertahanan udara, Iran memiliki sejumlah kelemahan akibat terhambatnya logistik militer imbas sanksi dan embargo yang berjalan selama berdekade.
Superioritas udara Iran pun masih sangat dipertanyakan, karena saat ini sebagian besar armada udara yang mereka miliki adalah pesawat tempur Rusia Sukhoi dan MiG yang berasal dari era Soviet.
Angkatan udara Iran juga telah membangun jet-jetnya sendiri, seperti Saeqeh dan Kowsar yang didasarkan pada desain AS, tetapi diyakini tidak sebanding dengan beberapa pesawat tempur teratas seperti F-35 yang banyak digunakan Israel.
Meski begitu, saat ini Iran sudah mendapatkan suntikan kekuatan dari Kremlin yang mengirimkan 24 pesawat tempur Su-35 buatan Rusia yang berlangsung beberapa tahun terakhir.
Tambahan armada tersebut bisa secara signifikan memperbarui angkatan udara Iran, tetapi itu tidak akan menghilangkan kebutuhan akan pertahanan udara yang tangguh.
Untuk menyeimbangkan kelemahan armada pesawat tempurnya, Iran terus berupaya mengembangkan program misil yang ambisius untuk mengantisipasi serangan udara.
Sistem pertahanan misil dengan jangkauan terjauh yang dioperasikan oleh Iran adalah Bavar-373 yang dikembangkan secara lokal.
Sistem ini mulai beroperasi pada 2019, setelah sepuluh tahun pengembangan dan pengujian, dan telah mengalami peningkatan yang signifikan sejak itu.
Pada November 2022, pejabat Iran memamerkan kemampuan terbaru Bavar-373 yang telah diperbarui, termasuk peningkatan jangkauan deteksi radar dari 350 km menjadi 450 km, serta dilengkapi dengan rudal permukaan ke udara Sayyad 4B yang canggih.
Sistem ini dapat mengunci target, termasuk misil balistik jarak jauh, pesawat tanpa awak, dan jet tempur siluman, hingga jarak 400km, melacak 60 target, dan menyerang enam target sekaligus, dengan jangkauan serangan hingga 300km.
Media negara Iran menyatakan sistem ini dalam beberapa aspek lebih unggul daripada sistem S-300 buatan Rusia dan bahkan sebanding dengan baterai S-400 yang lebih canggih, yang termasuk dalam sistem-sistem tercanggih di dunia.
Meskipun Bavar-373 belum diuji dalam pertempuran nyata di luar latihan militer di Iran, para ahli menganggapnya sebagai komponen penting dari sistem pertahanan udara yang sangat kuat di dunia.
Selain dari sistem pertahanan misil Tor buatan Rusia, Iran juga mengoperasikan sistem S-300.
Teheran terakhir menerima bantuan logistik dari Rusia setelah penerapan kesepakatan nuklirnya yang sekarang sudah tidak aktif lagi dengan kekuatan dunia pada tahun 2016.
Sistem S-300, yang pertama kali operasikan Uni Soviet pada akhir tahun 1970-an, dirancang untuk menembak jatuh pesawat, pesawat tanpa awak, dan misil jelajah serta balistik yang mendekat hingga jarak 150km.
Sedangkan Tor adalah sistem di ketinggian rendah hingga menengah untuk melawan ancaman pada jarak hingga 16 km.
Tak hanya Israel yang memiliki sistem pertahanan misil Iron Dome, Iran juga mempunyai teknologi serupa untuk membendung serangan dari udara.
Iran mengoperasikan pertahanan misil berlapis yang dikembangkan secara lokal dengan menggunakan sejumlah rudal untuk membangun lapisan pertahanan di belakang sistem dengan jangkauan terpanjang.
Beberapa sistem pertahanan jarak menengah, termasuk Arman, Tactical Sayyad, dan Khordad-15 dapat mempertahankan langit Iran dari target pada jarak hingga 200km pada ketinggian yang berbeda.
Arman, yang dipamerkan pada November 2022, dipasang di bagian belakang truk militer dan siap dikerahkan dalam hitungan menit.
Artileri ini hadir dalam dua versi, satu menggunakan radar array terpindai elektronik aktif dan satunya lagi bersifat pasif .
Sistem pertahanan ini bersifat akurat dan sulit dihalangi dan dirancang untuk melawan senjata balistik taktis yang ditujukan untuk digunakan di medan pertempuran dalam jarak kurang dari 300km.
Sistem Arman dilengkapi dengan rudal yang ditujukan untuk melawan amunisi bunker buster yang dipandu presisi yang dirancang untuk menghancurkan struktur yang diperkuat atau bawah tanah.
Ancaman yang masuk yang berhasil mengelak dari sistem jarak menengah akan dihadapi dengan sistem misil kendali Iran jarak pendek, seperti Azarakhsh, Majid, dan Zoubin.
Azarakhsh, yang diungkapkan pada saat yang sama dengan Arman, adalah sistem kompak yang dirancang untuk pertempuran pada ketinggian rendah untuk melawan ancaman seperti drone dan quadcopter.
Artileri Azarakhsh ini dapat mendeteksi target pada jarak 50km, dengan pelacak optik mengejar target hingga 25km.
Beberapa sistem pertahanan misil Iran mampu diluncurkan secara vertikal dengan menawarkan fleksibilitas dan ruang target yang lebih besar.
Dengan demikian sistem tersebut juga dapat diaplikasikan dalam armada kapal perang.
Iran juga berencana untuk mengungkapkan lebih banyak sistem pertahanan misil tahun ini, kata seorang pejabat militer senior pada akhir Maret lalu.
Pasukan Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan tentara Iran juga memiliki banyak jenis rudal balistik dan jelajah yang mencakup jarak hingga 2.000km, bersama dengan berbagai drone pemantauan dan serangan.
Bahkan beberapa rudal balistik tersebut juga digunakan selama serangan Iran terhadap Israel pada hari Sabtu lalu.
Pada Pameran & Konferensi Pertahanan Maritim Internasional Doha (DIMDEX) 2024 yang digelar pada tanggal 4 dan 6 Maret 2024 lalu, iran juga memamerkan drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) terbaru yang mereka buat.
UAV yang dipamerkan pada DIMDEX 2024 tersebut diberi nama "Gaza".
Menurut pejabat militer Iran di stan tersebut, drone ini memiliki kemampuan komunikasi satelit dan ketinggian penerbangan maksimum 35.000 kaki.
Radar aperture sintetis yang dipasang di udara untuk mendeteksi target permukaan dan bawah air juga dapat dipasang di platform tersebut.(*)