Didesak 18 Negara, Hamas: Suruh Israel Berhenti Perang, Baru Sandera Bisa Dibebaskan
Hamas hanya akan membebaskan sandera yang mereka tahan di Gaza jika Israel mau menghentikan perang yang sudah berlangsung enam bulan terakhir.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Didesak 18 Negara, Hamas: Suruh Israel Berhenti Perang, Baru Sandera Bisa Dibebaskan
TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kalau gerakan pembebasan Palestina itu hanya akan membebaskan sandera yang mereka tahan di Gaza jika Israel mau menghentikan perang yang sudah berlangsung enam bulan terakhir.
Pernyataan Abu Zuhri ini muncul setelah para pemimpin 18 negara, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, menyerukan pembebasan segera semua sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
Ke-18 negara tersebut semuanya memiliki warga negara yang ditahan oleh Hamas.
Baca juga: Al Qassam Hamas Rilis Video Hidup Sandera AS, Qatar Tampar Israel, Rumah Netanyahu Digeruduk
Para pemimpin ke-18 negara itu meminta Hamas dan Israel untuk menerima usulan kesepakatan dengan poin-poin:
- Perang Berakhir, Sandera Bebas
- Warga Palestina diiznkan untuk kembali ke rumah mereka di wilayah utara Jalur Gaza
- Perluasan pengiriman bantuan kemanusiaan
“Kami menekankan bahwa kesepakatan untuk membebaskan para sandera akan menghasilkan gencatan senjata segera dan berkepanjangan di Gaza yang akan memfasilitasi gelombang bantuan kemanusiaan tambahan yang diperlukan untuk dikirim ke seluruh Gaza, dan mengarah pada berakhirnya peperangan,” tulis pernyataan bersama tersebut.
Baca juga: Euro-Med: Ada 140 Kuburan Massal di Gaza, Israel Lakukan Pengusiran Paksa Terbesar dalam Sejarah
Teks tersebut ditandatangani oleh para pemimpin negara yaitu Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Argentina, Austria, Jerman, Bulgaria, Kanada, Kolombia, Denmark, Hongaria, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Spanyol dan Thailand.
Hamas telah berulang kali mengatakan pihaknya tidak akan mundur dari tuntutannya, termasuk diakhirinya perang, penarikan pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza, kembalinya warga Palestina ke seluruh wilayah Gaza dan diakhirinya blokade yang merupakan bantuan kemanusiaan yang sangat penting. dapat menjangkau mereka yang paling membutuhkan.
AS Klaim Hamas Menolak Usulan yang Sudah Disepakati Israel
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan pernyataan bersama para pemimpin 18 negara yang warganya yang disandera oleh Hamas, pada Kamis (25/4/2024).
Lewat pernyataan bersama, mereka menyerukan agar Hamas segera membebaskan para sandera dari Gaza, Al Arabiya melaporkan.
Negara-negara yang menandatangani pernyataan tersebut adalah AS, Argentina, Austria, Brasil, Bulgaria, Kanada, Kolombia, Denmark, Prancis, Jerman, Hongaria, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Spanyol, Thailand, dan Inggris.
Israel tidak termasuk karena fokus seruan tersebut adalah pada dukungan internasional terhadap pembebasan sandera.
"Kami menyerukan pembebasan segera semua sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza selama lebih dari 200 hari," kata pernyataan bersama itu, dilansir Times of Israel.
"Nasib para sandera dan penduduk sipil di Gaza, yang dilindungi hukum internasional, menjadi perhatian global," ungkap mereka.
“Kami menekankan bahwa kesepakatan untuk membebaskan para sandera akan menghasilkan gencatan senjata yang segera dan berkepanjangan di Gaza, yang akan memfasilitasi gelombang bantuan kemanusiaan tambahan yang diperlukan untuk dikirimkan ke seluruh Gaza dan mengarah pada berakhirnya permusuhan," tegas pernyataan bersama tersebut.
Dikatakan pula warga Gaza akan dapat kembali ke rumah dan tanah mereka, dengan jaminan tempat berlindung dan bantuan kemanusiaan.
“Kami sangat mendukung upaya mediasi yang sedang berlangsung guna memulangkan masyarakat kami. Kami mengulangi seruan kami kepada Hamas untuk membebaskan para sandera dan mari kita akhiri krisis ini sehingga secara kolektif kita dapat memfokuskan upaya kita untuk membawa perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata para pemimpin tersebut.
Dalam pertemuan dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan kira-kira awal bulan April, keluarga sandera asal Amerika meminta pemerintah untuk mencoba lagi membuat pernyataan bersama.
AS berhasil mendapatkan dukungan bulat kali ini karena pemahaman di negara-negara tersebut mengenai situasi yang semakin mengerikan yang dihadapi para sandera.
Baca juga: Israel Ubah Yerusalem Jadi Benteng Perang: Kawal Yahudi Masuk Al-Aqsa, Jamaah Palestina Diblokade
Gedung Putih juga menyampaikan kepada mereka isi elemen-elemen kesepakatan yang telah diterima Israel tetapi ditolak oleh Hamas.
“Ada kesepakatan yang akan menghasilkan gencatan senjata segera di Gaza dengan pembebasan sandera perempuan, terluka, lanjut usia, dan sakit, yang siap dilakukan. Kami telah menyelesaikannya dengan sangat teliti dan Hamas menolaknya. Karena itu, pertempuran masih berlangsung di Gaza,” kata pejabat senior pemerintah.
Dalam reaksi cepatnya, seorang pejabat Hamas meremehkan desakan dari Washington.
"Tidak ada gunanya," kata Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior di kelompok militan Palestina, dilansir Times of Israel.
Hamas sekali lagi menegaskan kembali tuntutannya agar Israel mengakhiri perang Gaza daripada menghentikannya sebagai bagian dari kesepakatan untuk membebaskan sandera, dikutip dari Reuters.
Butuh 14 Tahun Bersihkan Puing-puing di Gaza
Seorang pejabat PBB menilai perang dahsyat yang dilakukan Israel telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di Jalur Gaza.
"Meskipun tidka mungkin untuk menentukan jumlah pasti persenjataan yang belum meledak yang ditemukan di wilayah perkotaan dan padat penduduk, hal ini diperkirakan akan memakan waktu 14 tahun untuk membersihkan puing-puing," kata Pehr Lodhammar, perwira senior di Dinas Pekerjaan Ranjau PBB.
“Kami tahu bahwa biasanya ada tingkat kegagalan setidaknya 10 persen amunisi layanan darat yang ditembakkan dan gagal berfungsi,” kata Lodhammer.
“Kita berbicara tentang 14 tahun kerja dengan 100 truk," singgungnya.
Baca juga: Houthi Naik Darah Lihat Arab Diam Saat Israel Koleksi Kuburan Massal di Gaza, Serangan Diperluas
Kuburan Massal di Gaza
Kabar penemuan kuburan massal di dalam Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Jalur Gaza telah menimbulkan kepedihan bagi warga Palestina.
Temuan kuburan massal di Gaza juga menuai beragam reaksi internasional.
PBB telah menyerukan penyelidikan yang transparan dan kredibel tentang hal itu.
Ada lebih dari 300 jenazah telah ditemukan sejauh ini dari rumah sakit tersebut setelah pasukan Israel mundur pada 7 April.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada Selasa (23/4/2024) mengatakan lebih banyak jenazah ditemukan di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, fasilitas kesehatan terbesar di wilayah kantong tersebut.
Lebih dari 300 jenazah ditemukan di dua rumah sakit terbesar di Gaza setelah pengepungan pasukan Israel berakhir bulan ini.
Menurut koresponden Al Jazeera Hani Mahmoud, jenazah yang diangkat dari kuburan termasuk wanita, anak-anak, pasien dan staf medis.
Koresponden Al Jazeera Hani Mahmoud mengatakan staf medis dan pengungsi yang berhasil meninggalkan rumah sakit sebelum penarikan tentara Israel menggambarkan situasi di fasilitas medis tersebut.
(oln/memo/alarby/*)