Gustavo Petro Berpidato Membakar Semangat Massa di Hari Buruh, Resmi Putuskan Hubungan dengan Israel
Presiden Kolombia Gustavo Petro berpidato yang membakar semangat massa di Hari Buruh pada Rabu (1/5/2024).
Penulis: Muhammad Barir
Gustavo Petro Berpidato Membakar Semangat Massa di Hari Buruh, Resmi Putuskan Hubungan dengan Israel
TRIBUNNEWS.COM- Presiden Kolombia Gustavo Petro berpidato yang membakar semangat massa di Hari Buruh pada Rabu (1/5/2024).
Dalam pidatonya, dia menyatakan Kolombia yang menentang Genosida oleh Israel di Gaza, resmi memilih memutuskan hubungan dengan Israel.
Kolombia secara resmi memutuskan hubungan dengan Israel mulai hari ini, Kamis (2/5/2024).
Presiden Kolombia Gustavo Petro mengatakan negaranya memutus hubungan diplomatik dengan Israel karena sejumlah pelanggaran hukum internasional yang terang benderang dilakukan perang di Gaza.
Kolombia memutuskan hubungan dengan 'genosida' Israel
Perlawanan Palestina di Gaza menyebut keputusan Bogota sebagai kemenangan bagi seluruh korban Israel
Kolombia secara resmi memutuskan hubungan dengan Israel pada tanggal 2 Mei.
Ini mengakhiri hubungan keamanan dan diplomatik yang erat selama tujuh dekade ketika Presiden Gustavo Petro menuduh Tel Aviv memiliki pemimpin yang telah melakukan “genosida”.
“Di sini, di hadapan Anda, pemerintah perubahan, presiden republik, mengumumkan bahwa besok kami akan memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Israel… karena memiliki pemerintahan, karena memiliki presiden yang melakukan genosida,” kata Petro pada hari Rabu. selama rapat umum memperingati Hari Buruh Internasional di Bogota.
“Dunia dapat diringkas dalam satu kata yang membenarkan pentingnya hidup: Gaza. Ini disebut Palestina; yang disebut anak laki-laki, perempuan, dan bayi yang meninggal karena terpotong-potong oleh bom,” kata presiden Kolombia yang disambut sorak-sorai para pendukungnya.
“Jika Palestina mati, maka umat manusia akan mati, dan kita tidak akan membiarkannya mati, sama seperti kita tidak akan membiarkan umat manusia mati,” tambah Petro.
Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, memuji keputusan Petro, dan menyebutnya sebagai “kemenangan atas pengorbanan rakyat kami dan perjuangan mereka.”
Kelompok ini juga mendesak negara-negara lain di Amerika Latin dan tempat lain untuk mengikuti jejak Bogota, dengan mengatakan Israel mengabaikan semua hukum dan norma internasional.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mengecam keputusan tersebut dan menyebut Petro sebagai “presiden yang penuh kebencian dan antisemit.”