Protes Pro-Palestina di Kampus AS Meluas, Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Sepekan
Presiden AS Joe Biden mengatakan, ketertiban harus ditegakkan di kampus-kampus di Amerika Serikat.
Penulis: Nuryanti
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Polisi menangkap lebih dari 2.100 orang selama protes pro-Palestina di kampus-kampus di seluruh Amerika Serikat (AS) dalam beberapa pekan terakhir.
Petugas terkadang menggunakan peralatan anti huru hara, kendaraan taktis, dan perangkat flash-bang untuk membersihkan tenda perkemahan dan bangunan yang diduduki.
Seorang petugas secara tidak sengaja melepaskan senjatanya di dalam gedung administrasi Universitas Columbia saat membersihkan para pengunjuk rasa yang berkemah di dalamnya, ungkap pihak berwenang pada Kamis (2/5/2024).
Meski begitu, tidak ada yang terluka akibat kesalahan petugas tersebut.
"Ada petugas lain tetapi tidak ada siswa di sekitar lokasi kejadian," kata para pejabat, Kamis, dilansir AP News.
Lebih dari 100 orang ditahan selama tindakan keras di Columbia, hanya sebagian kecil dari total penangkapan yang terjadi akibat protes kampus baru-baru ini mengenai perang Israel-Hamas.
Penghitungan yang dilakukan oleh The Associated Press pada hari Kamis menemukan setidaknya 50 insiden penangkapan di 40 perguruan tinggi atau universitas berbeda di AS sejak 18 April 2024.
Pada Kamis pagi, petugas menyerbu kerumunan demonstran di Universitas California, Los Angeles, dan akhirnya menahan 200 pengunjuk rasa setelah ratusan orang menentang perintah untuk pergi.
Pernyataan Joe Biden
Presiden AS Joe Biden mengatakan, ketertiban harus ditegakkan di kampus-kampus di Amerika Serikat.
Hal ini disampaikan Joe Biden hanya beberapa jam setelah polisi menggerebek dan membongkar perkemahan protes lainnya.
Baca juga: Polisi Mulai Ratakan Kamp Pendemo Pro-Palestina di Universitas California, Biden: Melanggar Hukum
"Hak atas kebebasan berpendapat dan supremasi hukum harus ditegakkan, tetapi menekankan bahwa protes dengan kekerasan tidak dilindungi," kata Joe Biden dalam konferensi pers, Kamis, dikutip dari Al Jazeera.
“Vandalisme, masuk tanpa izin, memecahkan jendela, menutup kampus, memaksa pembatalan kelas dan wisuda – semua ini bukanlah protes damai."
"Mengancam masyarakat, mengintimidasi masyarakat, menimbulkan ketakutan pada masyarakat bukanlah protes damai,” ujarnya.
“Perbedaan pendapat sangat penting bagi demokrasi, namun perbedaan pendapat tidak boleh mengarah pada kekacauan atau penyangkalan hak-hak orang lain agar mahasiswa dapat menyelesaikan semester dan pendidikan perguruan tinggi mereka."