Media Inggris: Negara-Negara Arab Dukung Kehadiran Pasukan Asing di Gaza dan Tepi Barat
Muncul kekhawatiran, tindakan AS tersebut dapat menjadi awal dari kehadiran militer internasional di tanah Palestina dan pengusiran warga Palestina
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Media Inggris: Negara-Negara Arab Dukung Kehadiran Pasukan Asing di Gaza dan Tepi Barat
TRIBUNNEWSW.COM - Surat kabar Inggris "Financial Times" mengungkapkan kalau negara-negara Arab mendukung kehadiran kekuatan internasional atau regional di Jalur Gaza di bawah pemerintahan Palestina, setelah berakhirnya perang Israel yang berdarah dan merusak di Jalur Gaza.
Tidak dirinci negara Arab mana saja yang mendukung wacana kehadiran pasukan asing di Gaza dan Tepi Barat ini.
Meski begitu, sejumlah pernyataan milisi pembebasan Palestina di Gaza dan Tepi Barat menyatakan penolakan atas kehadiran pasukan asing dalam format apa pun.
Baca juga: Front Populer Pembebasan Palestina: Tentara Inggris yang Injakkan Kaki di Gaza Target Sah Perlawanan
Hamas misalnya, berulang kali menyatakan kalau nasib dan masa depan Rakyat Palestina hanya akan berada di tangan mereka sendiri.
Terlepas dari penolakan itu, surat kabar Inggris tersebut mengatakan, beberapa negara Arab sedang mempelajari gagasan pembentukan pasukan “penjaga perdamaian” multinasional di Gaza dan Tepi Barat setelah perang.
Surat kabar Inggris itu menambahkan bahwa negara-negara Arab menuntut agar keputusan untuk membentuk “kekuatan” di Gaza dan Tepi Barat disetujui oleh Dewan Keamanan PBB.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sebelumnya telah membahas rencana untuk mengelola keamanan di Gaza setelah perang berakhir, termasuk pembentukan “pasukan penjaga perdamaian,” bertepatan dengan persetujuan Israel untuk kembali ke meja perundingan di Kairo dan Doha.
Menurut para pengamat. rencana AS ini bisa dilihat sebagai persiapan cepat untuk skenario pasca-perang di Gaza.
Baca juga: Bangun Dermaga Apung di Pantai Gaza, AS Siaga Tinggi Pasukannya Jadi Target Serangan Hamas
AS Bawa Segambreng Pasukan
Sebelum wacana pembentukan pasukan multinasional di Gaza dan Tepi Barat, Amerika Serikat (AS) sejatinya sudah duluan membawa pasukannya ke Gaza.
Pada Maret silam, Komando Pusat Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (USCENTCOM) mengatakan kalau mereka memberangkatkan sejumlah besar armada kapal perang menuju Mediterania timur dengan tujuan lepas pantai Gaza.
Khaberni melaporkan, bala tentara dan armada kapal perang AS itu disebutkan menuju Pantai Gaza untuk membangun dermaga angkatan laut yang memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Pembangunan dermaga apung itu kini sudah hampir rampung.
Baca juga: AS Pamer Penampakan Dermaga Apung Rp 5,2 Triliun di Pantai Gaza, Percepatan Bantuan atau Pengusiran?
Komando Pusat menyatakan kapal-kapal tersebut membawa peralatan dan perbekalan yang diperlukan untuk mendirikan dermaga angkatan laut sementara.
Dalam pengumumannya USCENTCOM menyatakan, kapal-kapal perang yang berangkat ke lepas pantai Gaza antara lain:
- Kapal Angkatan Bersenjata AS (USAV) SP4 James A. Loux (LSV-6),
- USAV Monterrey (LCU30),
- USAV Matamoros (LCU26),
- USAV Wilson Warf (LCU11) dari Brigade Transportasi ke-7 (Ekspedisi)
Adapun bala tentara AS yang ditugaskan membangun pelabuhan dadakan dengan dalih percepatan pengiriman bantuan itu antara lain:
- Brigade Transportasi ke-7 (Ekspedisi)
- Komando Keberlanjutan Ekspedisi ke-3,
- Korps Lintas Udara XVIII
1.000 Tentara Tak Akan Jejakkan Kaki di Pantai Gaza
Pada Maret, AS menyatakan kalau pembangunan pelabuhan sementara, “yang bertujuan untuk mempercepat bantuan ke Gaza,” diperkirakan memakan waktu sekitar 60 hari.
Begitu kata Mayor Jenderal Angkatan Udara Patrick Ryder, juru bicara Pentagon, terkait niat Amerika Serikat (AS) membuat pelabuhan dadakan di pantai Gaza dengan dalih untuk percepatan proses pengiriman bantuan.
Baca juga: Warga Palestina yang Antre Cari Makan Ternyata Juga Diseruduk Tank Israel, AS Tunjukkan Dua Muka
Ryder menambahkan, misi tersebut akan memerlukan keterlibatan sekitar 1.000 tentara AS.
Dia juga merinci kalau operasi militer AS ini secara luas akan mencakup tentara angkatan darat dan pelaut militer.
Namun, dalam tontonan militer AS yang megah ini, bertabur tentara dan pelaut di belakangnya, juru bicara tersebut meyakinkan kalau tidak ada satupun pasukan yang akan menginjakkan kaki di pantai Gaza.
Bahkan, katanya, untuk sesaat pun para prajurit AS ini tidak akan mengamankan dermaga yang tidak terlalu penting ke pantai tersebut.
Dia menyebut, operasi pembangunan akan dilakukan di lepas pantai.
"Setelah mulai beroperasi, sistem pelabuhan diharapkan dapat memfasilitasi “pengiriman harian sekitar 2 juta makanan ke warga Gaza,” klaim Ryder.
Dalih Pengusiran Total Rakyat Palestina dari Gaza?
Patut dicatat, Amerika Serikat adalah sekutu utama Israel dalam perang genosida yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina di Gaza.
Negara yang telah mengirimkan senjata bernilai miliaran dolar ke Israel sejak awal perang genosida melawan Gaza tentu saja memiliki kemampuan untuk memberikan tekanan pada entitas pendudukan tersebut, menyerukan gencatan senjata segera dan masuknya bantuan kemanusiaan tanpa batas.
Baca juga: Warga Palestina yang Antre Cari Makan Ternyata Juga Diseruduk Tank Israel, AS Tunjukkan Dua Muka
Kalau mau simpel, AS bisa saja menekan Israel untuk membuka blokade seluas-luasnya agar bantuan lewat jalur darat selekasnya sampai ke Gaza.
Mesir dan Yordania sudah menyatakan dengan tangan terbuka bersedia membuka perbatasan mereka jika bantuan via jalur darat punya peluang untuk dilakukan.
Masalahnya, Israel, baik militer maupun rakyatnya memblokade jalur darat tersebut.
Militer Israel (IDF) berdalih, Hamas akan sangat mungkin memanfaatkan peluang itu untuk mereorganisir kekuatan.
Sementara warga pemukim Yahudi Israel, memblokade jalur bantuan darat atas niat menghukum kolektif semua penghuni Gaza atas serangan Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 silam.
Analisis lain, pemukim Yahudi mendompleng operasi militer IDF untuk tujuan perluasan pemukiman mereka di Jalur Gaza.
Baca juga: Pemukim Israel Tinggalkan Gaza Pada 2005, Sekarang Mereka Mau Kembali: Awalnya Cuma Bikin Tenda
Pemberian bantuan kemanusiaan -makanan dan kebutuhan pokok- via airdrops akhirnya jadi opsi yang diambil sejumlah negara, termasuk AS.
Namun, efektivitas penerjunan bantuan ini terbilang rendah karena banyaknya jumlah pengungsi Gaza.
Terlebih, pengiriman bantuan ini berisiko justru melukai warga Gaza di mana insiden baru-baru ini menunjukkan kalau parasut palet bantuan tidak berfungsi dan malah menimpa warga yang mengakibatkan kematian.
Baca juga: Parasut Tak Mengembang, Paket Bantuan Udara AS Justru Tewaskan 5 Warga Gaza, Puluhan Luka-luka
Kritikan itu rupanya membuka celah bagi AS untuk menggaungkan niat pembangunan pelabuhan sementara di lepas pantai Gaza tersebut.
Namun, warga Palestina telah menyatakan keraguannya mengenai rencana Uni Eropa mengenai koridor laut dan rencana AS untuk membangun dermaga.
Muncul kekhawatiran, tindakan AS tersebut dapat menjadi awal dari kehadiran militer internasional di tanah Palestina dan pengusiran warga Palestina dengan berbagai dalih.
Dalam kontradiksi yang jelas, meskipun Ryder mengklaim kalau pihak yang bertanggung jawab mengamankan lokasi pendaratan untuk sistem pelabuhan tersebut masih belum jelas, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan bahwa Israel akan bertanggung jawab untuk memberikan keamanan untuk pelabuhan sementara tersebut, The Times of Israel melaporkan .
Jika terbukti benar, pendudukan yang sama di balik pembunuhan massal, pemusnahan massal, kelaparan, kelaparan, puluhan ribu orang terluka, anak-anak yatim piatu, dan pengungsian paksa di Gaza akan bertanggung jawab atas keamanan pelabuhan yang dimaksudkan untuk membiarkan bantuan masuk.
Para pejabat Israel belum mengkonfirmasi rincian ini, meskipun mereka menyambut baik pengumuman Biden tentang koridor maritim untuk bantuan.
Namun Ryder menyebutkan bahwa Washington sedang berdiskusi dengan negara-negara mitra dan Israel, pihak yang berada di balik seluruh bencana ini, untuk menyelesaikan rincian ini.
(oln/khbrni/memo/*)