Josep Borrell Ingin Uni Eropa Setop Jual Senjata ke Israel Demi Hentikan Pemboman di Gaza
Josep Borrell meminta negara anggota Uni Eropa untuk menghentikan penjualan senjata ke Israel karena IDF tak akan berhenti sampai amunisinya habis.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Uni Eropa menyerukan kepada negara anggotanya untuk tidak menjual senjata ke Israel demi menghentikan pemboman di Jalur Gaza yang membunuh rakyat Palestina.
Hal ini diungkapkan oleh Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Kebijakan dan Keamanan, Josep Borrell, dalam pernyataan pers sebelum pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albarez.
"Pengeboman Israel tidak akan berhenti sampai amunisi yang dimilikinya habis," kata Josep Borrell dalam pidatonya, Kamis (9/5/2024).
Sebagian besar anggota Uni Eropa mendukung Israel dalam agresinya di Jalur Gaza, sementara hanya beberapa anggotanya yang menyerukan gencatan senjata di wilayah tersebut.
"Uni Eropa terpecah belah dalam mengambil posisi bersama terhadap apa yang terjadi di Timur Tengah," kata Josep Borrell menyoroti agresi Israel di Jalur Gaza.
Ia mempertanyakan sampai berapa banyak rakyat Palestina yang dibunuh sebelum mitra Israel di Uni Eropa menghentikan penjualan senjatanya ke Israel.
“Beberapa pemimpin mengatakan, ada banyak kematian di Gaza, dan pertanyaan yang harus ditanyakan adalah: Berapa banyak orang yang harus meninggal hingga kami mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencegah lebih banyak?" katanya kepada para pemimpin negara-negara Uni Eropa, dikutip dari Anadolu.
Seruan itu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, memutuskan untuk menghentikan pengiriman senjata tertentu ke Israel sebagai penolakan terhadap serangan Israel di Rafah, yang menampung 1,5 juta rakyat Palestina yang mengungsi dari pemboman Israel di berbagai wilayah Jalur Gaza.
Israel menganggap Rafah di Jalur Gaza Selatan sebagai benteng terakhir gerakan Palestina, Hamas, meski sebelumnya Israel meminta rakyat Palestina mengungsi ke sana sebagai "zona aman" dari agresinya.
Sementara itu, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan tentara Israel memiliki senjata yang dibutuhkan untuk serangan di Rafah.
Selain itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel siap untuk berjuang sendiri tanpa bantuan senjata dari pihak lain.
Baca juga: Joe Biden Setop Kirim Senjata AS, Netanyahu Kesal: Israel Siap Berjuang Sendiri
5 Anggota Uni Eropa akan Akui Negara Palestina
Selain menyerukan penghentian penjualan senjata ke Israel, Josep Borrell juga membahas kemungkinan pengakuan negara Palestina di masa depan.
“Jika beberapa negara mengambil langkah ini, saya yakin akan lebih banyak negara yang mengikuti," katanya.
Sebelumnya, Irlandia, Slovenia, Malta dan Norwegia mendukung inisiatif untuk mengakui negara Palestina, di mana Spanyol adalah pionirnya.
Josep Borrell berharap beberapa negara Uni Eropa akan mengakui negara Palestina secara resmi, dikutip dari Mehr.
Irlandia dan Spanyol sedang mempertimbangkan pengakuan resmi negara Palestina pada tanggal 21 Mei 2024 mendatang.
Setidaknya, negara Palestina saat ini diakui oleh delapan anggota Uni Eropa yaitu Bulgaria, Polandia, Republik Ceko, Rumania, Slovakia, Hongaria, Pemerintahan Siprus Yunani, dan Swedia.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.844 jiwa dan 78.404 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (9/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.