Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ikut Aksi Bela Palestina, Pelajar Internasional Pertaruhkan Status Imigrasi Mereka di AS

Aksi bela Palestina yang diikuti Mahmoud Khalil bisa saja mengancam nasibnya menempuh pendidikan di Amerika Serikat.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Ikut Aksi Bela Palestina, Pelajar Internasional Pertaruhkan Status Imigrasi Mereka di AS
Tangkapan layar Instagram
AKSI BELA PALESTINA- Aksi Bela Palestina dilakukan oleh ratusan umat Kriten di Capitol Hill, namun aksi mereka untuk menuntut Gencatan Senjata di Gaza itu dihentikan, dan mereka ditangkap polisi AS. Melansir Al Jazeera, pengunjuk rasa Kristen yang bernyanyi untuk gencatan senjata Gaza di Kongres AS ditangkap. Sekitar 150 orang ditangkap setelah melakukan protes duduk di dalam Kongres AS yang menyerukan gencatan senjata di Gaza. 

TRIBUNNEWS.COM - Belum lama ini, pelajar di Amerika Serikat (AS) kompak menggelar aksi bela Palestina di kampus-kampus mereka.

Meski demikian, aksi mereka tidak lepas dari tantangan dan bahaya hukum.

Bagi mahasiswa Universitas Columbia, Mahmoud Khalil misalnya, perang Israel di Gaza merupakan hal yang sangat personal.

Dikutip dari Al Jazeera, Khalil yang besar di Suriah merupakan seorang pengungsi dari Palestina yang berusia 29 tahun.

Ketika berpartisipasi dalam aksi bela Palestina di kampusnya, Khalil mengaku merasa gugup.

Dilema yang Khalil rasakan juga dialami oleh pelajar internasional lainnya di AS.

Pemuda itu berada di AS menggunakan visa pelajar F-1.

Berita Rekomendasi

Izin tinggalnya di negara tersebut, yang notabanenya adalah sekutu Israel, bergantung pada pendaftarannya sebagai siswa penuh waktu.

Akan tetapi, berpartisipasi dalam protes – termasuk berkemah di halaman kampus, bisa menjadi risiko yang harus ia hadapi, skorsing, dan hukuman lain mungkin saja Khalil dapatkan, artinya status pendaftarannya terancam.

"Sejak awal, saya memutuskan untuk tidak tampil di hadapan publik dan menjauh dari perhatian media atau aktivitas berisiko tinggi," kata Khalil.

Ia juga memandang berkemah di halaman kampus sangat berisiko.

Baca juga: 76 Tahun Nakba, Warga AS, Inggris, Kanada, Australia, Belanda Turun ke Jalan Bela Palestina

Khalil pun putar otak, dengan cerdas memilih cara yang terbilang efektif, namun aman untuk masa depannya.

Di awal aksi bela Palestinanya, Khalil memilih menjadi negosiator utama untuk Columbia University Apartheid Divest.

Itu adalah sebuah kelompok mahasiswa yang mendorong administrator sekolah untuk memutuskan hubungan dengan Israel dan kelompok yang terlibat dalam pelanggaran terhadap warga Palestina.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas