Kesaksian Penumpang Singapore Airlines yang Sempat Terbentur dan Pingsan, Akui Bersyukur Masih Hidup
Penumpang Singapore Airlines penerbangan SQ321 asal Inggris, Josh Silverstone (24) membagikan pengalamannya sesuai mengalami turbelensi ekstrem.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Febri Prasetyo
Sementara itu, istri dari korban tewas merupakan salah satu penumpang yang dilarikan ke rumah sakit.
Pihak berwenang bandara tidak merinci kondisinya.
Penumpang yang berada di dalam toilet paling terkena dampaknya.
Penumpang asal Malaysia, berbicara kepada Reuters setelah kejadian tersebut.
Ia adalah mahasiswa Malaysia Dzafran Azmir.
Baca juga: Kemenlu RI Pastikan 2 WNI yang Tumpangi Singapore Airlines SQ321 Tak Jadi Korban Turbulensi
Katanya, penumpang yang berada di dalam toilet ketika pesawat terkena turbulensi parah adalah yang paling terluka.
“Para kru dan orang-orang di dalam toilet paling terluka karena kami menemukan orang-orang tergeletak di tanah, tidak bisa bangun," paparnya.
"Ada banyak cedera tulang belakang dan kepala,” katanya.
Ia menambahkan saat turbulensi, ponselnya terlepas dari tangannya dan terlempar beberapa lorong ke samping.
Turbulensi jarang terjadi
Sebenarnya, turbulensi parah terbilang jarang terjadi.
"Biasanya tidak berakibat fatal jika penumpang dan awak kabin duduk dan mengenakan sabuk pengaman dengan benar," kata mantan eksekutif maskapai penerbangan, Chow Kok Wah.
Pria berusia 70 tahun itu mempunyai pengalaman lebih dari 30 tahun di sektor tersebut.
“Jika tidak, seseorang berisiko terbentur langit-langit atau tertabrak benda terbang,” katanya kepada koresponden transportasi The Straits Times, Kok Yufeng.
Chow mengatakan pesawat jet modern dirancang untuk menangani semua jenis turbulensi, dan pilot biasanya dapat melihat cuaca buruk di radar mereka.