ActionAid: Korban Tewas akibat Pembantaian Israel di Zona Aman Rafah Naik Jadi 50 Orang
Korban tewas akibat serangan Israel di zona aman Rafah meningkat menjadi 50 orang
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Jumlah korban tewas akibat serangan Israel di kamp-kamp pengungsian Rafah, yang disebut-sebut sebagai zona aman, naik dari 45 orang menjadi setidaknya 50 orang.
Dilansir PressTV, ActionAid, organisasi kemanusiaan asal Inggris, melaporkan jumlah kematian tersebut pada hari Minggu (26/5/2024).
Sebelumnya pada hari itu, pesawat tempur Israel menembakkan delapan rudal ke tempat penampungan sementara yang ditinggali para pengungsi Palestina.
“Tempat penampungan ini seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman bagi warga sipil yang tidak bersalah, namun mereka menjadi sasaran kekerasan brutal,” kata organisasi tersebut.
“Anak-anak, perempuan, dan laki-laki dibakar hidup-hidup di bawah tenda dan tempat berlindung mereka."
Menanggapi pembantaian tersebut, gerakan perlawanan Palestina Hamas menyebutnya sebagai “penghinaan mengerikan” terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) baru-baru ini.
ICJ telah memerintahkan rezim Israel untuk segera menghentikan serangannya terhadap Rafah.
Hamas menyerukan semua pihak, terutama Mesir, untuk menekan rezim Israel agar mengakhiri pendudukannya di penyeberangan Rafah.
Penyeberangan atau perlintasan Rafah berbatasan langsung dengan Mesir dan berfungsi sebagai pintu masuk utama pasokan penting ke Gaza.
Hamas juga mendesak komunitas internasional, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dan semua pihak terkait untuk berjuang mendukung bangsa Palestina dalam menghadapi pembantaian Israel.
Sejak perang meletus pada 7 Oktober lalu, sekitar 36.000 warga Palestina telah hilang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, di Gaza.
Baca juga: Gaya Demonstrasi di Berlin Menentang Serangan Israel ke Rafah, dari Ngaji Sampai Yel-yel, dan Nyanyi
Hamas meminta masyarakat Muslim dan Arab di dunia untuk meningkatkan aktivisme anti-Israel dalam menghadapi genosida.
PBB: Israel harus menghadapi sanksi
Sementara itu, Francesca Albanese, pelapor khusus PBB mengenai hak asasi manusia di wilayah pendudukan Palestina, buka suara mengenai serangan di Rafah, dan menyerukan tekanan terhadap Tel Aviv.
“Genosida di Gaza tidak akan mudah berakhir tanpa tekanan dari luar."
"Israel harus menghadapi sanksi, keadilan, penangguhan perjanjian, perdagangan, kemitraan dan investasi, serta partisipasi dalam forum internasional.”
Balakrishnan Rajagopal, pelapor khusus badan dunia mengenai hak atas perumahan yang layak, juga mengecam pertumpahan darah tersebut.
Ia mengatakan, “Menyerang perempuan dan anak-anak saat mereka meringkuk di tempat penampungan di Rafah adalah kekejaman yang mengerikan.”
“Kita memerlukan tindakan global yang terpadu untuk menghentikan tindakan Israel saat ini,” tambahnya.
Demonstrasi di berbagai tempat
Pembantaian Israel di Rafah juga diikuti dengan demonstrasi massal di Tepi Barat, termasuk di kota Ramallah dan kota Anabta, yang terletak di sebelah timur kota Tulkarem di bagian utara wilayah pendudukan.
Rumah Sakit Emirat di Rafah juga mengutuk serangan Israel di Rafah, menyebutnya sebagai “pembantaian keji.”
Demonstrasi serupa juga terjadi di tempat lain di kawasan ini, termasuk di kamp pengungsi Palestina Baqa’a di Yordania dan di depan konsulat Israel di Istanbul.
Di Irak, orang-orang yang marah menyerbu cabang KFC di ibu kota Baghdad,
Akibatnya, restoran cepat saji tersebut menyebabkan kerusakan.
Aksi tersebut adalah sebagai bentuk protes atas dukungan Amerika Serikat terhadap perang rezim Israel di Gaza.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)