Detik-detik Bom Israel Hantam Tenda-tenda Pengungsi Rafah, Kata Korban Serangan Saat Kami akan Tidur
Serangan tentara Israel dengan menggunakan bom yang mematikan dari pesawat jet tempur Israel ke kamp pengungsi diceritakan kembali oleh korban selamat
Penulis: Muhammad Barir
Penuturan Korban tentang Detik-detik Bom Hantam Pengungsi Rafah: Terjadi Saat Kami akan Tidur
TRIBUNNEWS.COM- Serangan tentara Israel dengan menggunakan bom yang mematikan dari pesawat jet tempur Israel ke kamp pengungsi Palestina di Rafah diceritakan kembali oleh beberapa orang yang selamat dari bencana tersebut.
Sebanyak 50 orang terluka sebagian mengalami luka bakar dan sedikitnya 45 orang meninggal dunia.
Sebagian besar korban serangan bom Israel di Rafah adalah wanita dan anak-anak.
Bencana di Rafah tersebut dituturkan kembali oleh beberapa korban yang selamat.
Kebakaran mematikan menyebarkan keputusasaan dan kesedihan di kalangan warga Gaza setelah serangan Israel yang membakar orang-orang hidup-hidup.
Keluarga Al-Attar sedang salat dan kemudian menyiapkan anak-anak untuk tidur di Gaza selatan ketika mereka mendengar suara keras.
Kebakaran segera terjadi di sekitar gubuk mereka, dan anak-anak mulai berteriak.
Tentara Israel kembali menghancurkan Gaza, melalui serangan udara tersebut menyebabkan api berkobar pada Minggu malam di area kamp yang diperuntukkan bagi para pengungsi di distrik Tel Al-Sultan, kota Rafah.
Setelah itu, para penghuni kamp yang ketakutan berlari untuk mencoba menghindari kobaran api, kata para penyintas.
“Kamar kami dipenuhi pecahan peluru, Rudal, atau bom berbobot berton-ton berjatuhan di atas seng,” kata Umm Mohamed al-Attar, sambil mengamati reruntuhan tenda dan gubuk dengan atap dari logam seng bergelombang.
“Ada seorang wanita dengan anak-anak yang menjadi cacat yang menjadi syahid di depan pintu kamarnya. Apa kesalahannya? Tetangga kami, semoga Tuhan mengampuni dia, sedang salat dan kemudian menjadi syahid."
Otoritas kesehatan Gaza mengatakan 45 orang, sebagian besar perempuan, anak-anak dan orang tua, tewas.
Jumlah korban tersebut memicu protes dari para pemimpin global, dan jaksa penuntut militer terkemuka Israel menyebut serangan udara tersebut “sangat serius” dan mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.