Hamas Kecam Pembantaian di Rafah, Amerika dan Israel Bohong soal Zona Aman
Pejabat senior Hamas, Osama Hamdan mengutuk pembantaian Israel di Rafah pada hari Minggu (26/5/2024).
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Pejabat senior Hamas, Osama Hamdan mengutuk pembantaian Israel di Rafah pada hari Minggu (26/5/2024).
Hamdan mengatakan bahwa pembantaian di Rafah merupakan upaya 'balas dendam' Israel di tengah kegegalan mereka melawan Hamas.
Dalam konferensi persnya, Hamdan meminta AS untuk bertanggung jawab penuh atas pembantaian di Rafah.
Pasalnya, Amerika Serikatlah yang memasok senjata dan mendukung penuh tindakan Israel di Gaza.
Ia juga menegaskan bahwa AS dan Israel telah mengekspos klaim palsu terkait keberadaan zona aman di Jalur Gaza, dikutip dari Al Mayadeen.
Faktanya, Israel terus meluncurkan serangan di Jalur Gaza dan menargetkan warga sipil, termasuk anak-anak.
Menurut Hamdan, pembantaian Israel di Rafah ini menujukkan bahwa Netanyahu secara terang-terangan mengabaikan perintah Mahkamah Internasional (ICJ).
Klaim Israel terkait keberadaan Hamas di kamp Rafah juga dibantah oleh Hamdan.
Ia menegaskan bahwa kamp-kamp yang sengaja ditargetkan oleh Israel berada jauh dari operasi mana pun.
Soal sandera, Hamdan menekankan mereka akan dikembalikan apabila proposal gencatan senjata disetujui.
Hamdan juga meminta kepada ICJ untuk menerapkan keputusan yang memberikan saknsi dan menghumum pendudukan Israel.
Pembantaian Keji Israel di Rafah
Baca juga: Reaksi Dunia atas Serangan Israel di Rafah, Jubir Mahmoud Abbas hingga Perancis
Israel mengebom 10 pusat pengungsian yang berafiliasi dengan Badan Bantuan dan Pekerja PBB untuk Palestina (UNRWA) di Rafah pada hari Minggu (26/5/2024).
Israel menggunakan lebih dari tujuh rudal dan bom besar berbobot lebih dari 2.000 pon atau sekitar satu ton.
Serangan udara Israel ini telah memicu kebakaran yang menewaskan 45 orang.