Tentara IDF Tewas Naik Drastis, Israel Kerahkan Ranpur Lapis Baja Pakai Remot Jarak Jauh di Rafah
Israel menggunakan lapis baja M-113 yang dikendalikan remot jarak jauh untuk mengurangi jumlah tentara IDF yang tewas di Rafah
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Tentara IDF yang Tewas Naik Drastis, Israel Kerahkan Ranpur Lapis Baja Pakai Remot Jarak Jauh di Rafah
TRIBUNNEWS.COM - Tentara pendudukan Israel mengungkapkan kalau mereka menempatkan kendaraan tempur (Ranpur) lapis baja M-113 yang dioperasikan dari jarak jauh di beberapa tempat di Rafah, Gaza Selatan.
Ranpur yang digunakan IDF ini berjenis kendaraan pengangkut personel lapis baja tua yang dimodifikasi.
Kendaraan yang dikendalikan remot jarak jauh ini juga terlihat di lingkungan Jabalia, menunjukkan meluasnya penggunaan sistem tak berawak oleh militer IDF di zona pertempuran berbahaya.
Baca juga: Pakar Militer: 19 Brigade Israel Kelelahan di Gaza, Qassam Ubah Prinsip Tempur Jadi Silakan Masuk
Seorang perwira IDF mengkonfirmasi kalau pengangkut personel lapis baja yang dioperasikan dari jarak jauh telah beroperasi sejak awal perang.
Ranpur ini dilengkapi dengan senjata anti-tank yang diaktifkan dari jarak jauh, memberikan unit manuver tambahan daya tembak dan fleksibilitas operasional.
Dia menyatakan kalau senjata ini terutama digunakan di daerah pertempuran dengan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga mengurangi paparan tentara Israel terhadap bahaya, lapor Khaberni, Rabu (29/5/2024).
Jumlah IDF Tewas Naik Drastis
Seiring perluasan operasi militer di Rafah dan sejumlah wilayah di Gaza Utara, IDF dilaporkan mengalami kehilangan personel militer yang cukup besar.
Jumlahnya dilaporkan naik drastis.
Laporan Anadolu menyebut, satu di antara korban tewas terbaru di kalangan tentara Israel dalam pertempuran di Jalur Gaza terjadi pada Minggu (26/5/2024).
Sebuah pernyataan militer mengatakan Sersan Staf Betzalel Zvi Kovach, 20, seorang prajurit di Batalyon Netzah Yehuda, meninggal karena luka kritis akibat bentrokan di kota utara Beit Hanoun Rabu lalu.
Kematiannya menambah jumlah tentara Israel yang terbunuh sejak pecahnya konflik Gaza sejak 7 Oktober 2023 menjadi 635 orang, menurut angka resmi militer.
Angka ini diyakini jauh lebih besar karena IDF menerapkan sensor publikasi terhadap jumlah korban tewas dan terluka di pihak mereka.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza sejak Oktober lalu meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Hampir 36.000 warga Palestina tewas di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 80.600 lainnya terluka sejak Oktober setelah serangan Hamas.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.
Israel dituduh melakukan “genosida” di Mahkamah Internasional (ICJ), yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di Rafah, sebuah kota di Gaza selatan tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina mencari perlindungan.
Perang Gaza Jadi Ajang Uji Coba Robot Militer IDF
Dalam konteks terkait, selain untuk mengurangi jumlah personel tewas, pasukan IDF menyebut Jalur Gaza merupakan tempat uji coba robot militer yang dimiliki Israel.
Robot militer ini, kata IDF, digunakan untuk menghindari cedera pada tentara dan anjing.
Sebagian besar pengujian dilakukan dengan menggunakan "robot anjing" yang dilengkapi dengan drone dan dapat menggantikan atau memperkuat anjing Unit Oketz dalam situasi tertentu.
Selain robot anjing, buldoser D9 dengan kendali jarak jauh juga digunakan IDF di Gaza.
Bukan hal baru bagi IDF menggunakan robot dan kendaraan tak berawak, terutama oleh unit elit dan Unit Yahalom yang beroperasi di terowongan milik Hamas.
Dikutip dari Haaretz, para pejabat Israel mengkonfirmasi bahwa telah terjadi lompatan dalam penggunaan dan kecanggihan robot di medan perang.
Contoh yang menonjol adalah pengadaan unit Vision 60, robot berjalan berbentuk anjing yang dibuat oleh Ghost Robotics yang berbasis di Philadelphia, Amerika Serikat.
Empat unit pertama memasuki dinas militer selama perang, dibiayai oleh pendonor.
Robot lain, yang disebut Rooster, dipasang di bagian belakang robot anjing, menciptakan semacam robot darat dan drone, yang dikembangkan bersama oleh startup Israel, Robotican.
Kegunaan utama robot ini adalah untuk pengawasan awal terhadap gedung, ruang terbuka, dan terowongan untuk memverifikasi bahwa tidak ada IED atau musuh di dalamnya, tanpa membahayakan tentara dan anjing Unit Oketz.
Anjing robot telah memakan "korban" hingga saat ini, beberapa di antaranya rusak atau hancur.
Baca juga: Pejabat Militer Israel Membelot, Pilih Lakukan Resign Massal Ketimbang Berperang di Gaza
Anjing robot memiliki beberapa keunggulan dibandingkan anjing sungguhan, seperti kamera yang mencakup banyak sensor dan platform pembuatan video yang lebih stabil dibandingkan dengan kamera yang dibawa oleh anjing sungguhan.
Menurut laporan di The Wall Street Journal pada bulan Desember, Israel telah mulai menggunakan robot di terowongan Hamas, sebagian karena tanahnya penuh dengan sampah dan rintangan yang menghambat kemajuan robot lain yang digunakan oleh IDF.
(oln/khbrn/anadolu/*)