'Uang Berdarah' dari Gaza, Industri Pertahanan Israel Cuan Besar, Pakar: Tapi Itu Bunuh Diri Politik
Perusahaan pertahanan di Israel menghasilkan begitu banyak keuntungan sejak perang di Jalur Gaza dikobarkan.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan-perusahaan industri pertahanan di Israel dilaporkan menghasilkan begitu banyak keuntungan sejak perang di Jalur Gaza pecah.
Sebagai contoh, Rafael Advanced Defense Systems dan Elbit System meraup pendapatan hampir $15 miliar pada tahun 2023 jika keuntungan keduanya digabungkan.
Perusahaan-perusahaan itu memproduksi berbagai senjata mulai dari pesawat nirawak, kendaraan lapis baja, hingga rudal serang dan rudal pertahanan yang digunakan tentara Israel untuk melawan Hamas, Hizbullah, dan Houthi.
Diperkirakan perusahaan pertahanan Israel akan terus menimba untung hingga sepanjang tahun 2024.
Dilansir dari Sputnik News, Israel adalah salah satu eksportir senjata terbanyak di dunia. Bahkan, jumlahnya mencapai hampir 2,5 persen dari pasar senjata dunia antara tahun 2019 dan 2023.
Negara-negara yang kerap membeli senjata Israel di antaranya Amerika Serikat (AS), Inggris, negara-negara Eropa, Azerbaijan, India, dan Vietnam.
Pesawat nirawak dan rudal canggih Israel menjadi salah satu senjata yang paling dicari di dunia ini.
Ekspor senjata Israel dikurangi pada kuarter keempat tahun 2023 karena orientasinya diarahkan untuk kebutuhan dalam negeri.
Israel menggunakan banyak bantuan dari AS untuk memproduksi senjata dan mendukung riset pertahanan.
Meski demikian, harus dicatat bahwa perang di Gaza juga memunculkan dampak buruk bagi industri pertahanan Israel.
Pakar menyebut reputasi politik Israel setelah perang di Gaza mungkin tak akan bisa seperti sebelumnya.
Baca juga: Ditekan AS, Israel-Mesir Sepakat Buka Perlintasan Rafah di Gaza, Pasukan Zionis Angkat Kaki Dulu
“Saya tidak berpikir bahwa itu adalah pertunjukan senjata militer yang paling agung,” kata pengamat militer sekaligus pensiunan Letkol AS bernama Earl Rasmussen.
Dia menduga beberapa permintaan akan senjata Israel akan berkurang. Rasmussen menyebut reputasi politik internasional Israel juga harus diperhitungkan.
“Dalam bidang politik, Israel telah mengucilkan dirinya sehubungan dengan apa yang sedang terjadi di Gaza saat ini. Dan Anda juga melihat apa yang seharusnya langkah masuk dan keluar yang cepat kini telah melambat hingga 7 bulan, dan saya tidak tahu apakah ada akhir yang terlihat hingga mereka meratakan Jalur Gaza,” ujar Rasmussen.