'Uang Berdarah' dari Gaza, Industri Pertahanan Israel Cuan Besar, Pakar: Tapi Itu Bunuh Diri Politik
Perusahaan pertahanan di Israel menghasilkan begitu banyak keuntungan sejak perang di Jalur Gaza dikobarkan.
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Dia mengatakan negara-negara yang tertarik dengan senjata canggih Israel bisa saja nanti memilih membeli senjata dari negara lain.
Hal itu, kata dia, mengingat adanya tindakan yang disebut “genosida” dan “pembersihan etnis” yang kini terjadi di Gaza.
Seorang mantan diplomat Italia dan penasihan kebijakan luar negeri Italia bernama Marco Carnelos juga memiliki pendapat serupa.
Carnelos mengatakan perang di Gaza mungkin bermanfaat bagi industri militer Israel. Namun, hal itu adalah bunuh diri politik.
“Berbicara secara politik, saya tidak melihat bagaimana Israel mendapat manfaat dengan mengobarkan perang di Gaza,” kata Carnelos.
“Para pemimpin tingginya mendapat surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional dan penghakiman atas genosida terhadap Israel sedang menuunggu keputusan Mahkamah Internasional.”
Menurut dia, tentara Israel mendapatkan pengetahuan lebih mendalam tentang perang perkotaan di Gaza selama 7 bulan terakhir.
Namun, lawannya, yakni Hamas, juga mendapatkan hal yang sama karena hingga saat ini masih mampu melawan pasukan Israel.
Baca juga: Media Timur Tengah: Barat Ulur Waktu agar Israel Capai Tujuan Akhirnya, yakni Kehancuran Gaza
“Pertanyaan yang sebenarnya tetap ada: Apakah itu sebanding dengan bencana politik demi mendapatkan pengalaman militer yang lebih baik” Saya amat meragukannya.”
Dia menyebut konsekuensi politik dan strategisnya bisa sangat besar bagi Israel.
Kata dia, kemampuan pertahanan dan reputasi Israel di mata dunia telah “bonyok” karena perang di Gaza.
Hamas membuktikan masih bisa melawan operasi militer darat Israel di Gaza. Di samping itu, Israel, AS, dan sekutu Eropa-nya terbukti gagal menghentikan milisi Houthi yang mendukung Gaza.
(Tribunnews/Febri)