Hamas Bantah Laporan Media AS soal Perlunya Pengorbanan: Sinwar Tak Pernah Lontarkan Kata-Kata Itu
Hamas membantah laporan di WSJ yang mengatakan Yahya Sinwar menyebut banyaknya korban warga sipil di Gaza sebagai "pengorbanan yang perlu"
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Hamas membantah laporan yang menyebut bahwa pemimpim kelompok tersebut, Yahya Sinwar, berkata bahwa kematian warga sipil di Gaza adalah pengorbanan yang diperlukan.
Pada hari Senin (10/6/2024), media Amerika Serikat Wall Street Journal (WSJ) melaporkan bahwa mereka mendapat sejumlah pesan yang disebut menunjukkan sisi dingin Sinwar tentang manusia.
Menurut WSJ, komentar Sinwar tentang "pengorbanan yang perlu" itu diucapkannya setelah menyebutkan kerugian warga sipil dalam konflik pembebasan nasional di tempat-tempat seperti Aljazair, di mana ratusan ribu orang tewas dalam perjuangan kemerdekaan.
Komentar lain yang disebut WSJ diucapkan oleh Sinwar adalah, "bagi Netanyahu, kemenangan akan lebih buruk daripada kekalahan", dan "perjalanan Israel di Rafah tidak akan mudah".
Dilansir Al Arabiya, Ghazi Hamad, juru bicara Hamas, membantah laporan tersebut.
Hamad membantah bahwa komentar semacam itu dibuat oleh Sinwar.
“Apa yang beredar benar-benar tidak benar,” kata Hamad.
Ia menambahkan bahwa Sinwar “sangat khawatir” dan ingin mengakhiri perang sesegera mungkin.
“Kami melakukan kontak rutin dengan Sinwar setiap hari, ada percakapan dan diskusi rutin."
"Kami menjadi penghubung dalam berbagai hal dan tidak ada konflik atau perbedaan antara kami secara internal atau eksternal,” kata Hamad.
“Saya katakan dengan jelas kepada Anda, bahwa kata-kata itu tidak pernah dilontarkan."
Baca juga: Hamas Minta Jaminan Tertulis dari AS: Gencatan Senjata Permanen, Israel Tarik Pasukan dari Gaza
Para pejabat Hamas pada hari Senin menyambut baik resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendukung rencana gencatan senjata yang didukung Amerika di Gaza.
Pada hari Selasa, Hamas juga menerima usulan kesepakatan terbaru, yang dimediasi oleh AS, Mesir, dan Qatar, yang menyerukan penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dengan beberapa usulan amandemen.
Lebih dari 37.202 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 85.000 lainnya terluka, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dalam delapan bulan perang sengit di wilayah tersebut.