Presiden Siprus Ketar-ketir Diancam Hassan Nasrallah: Kami Gak Ikutan Perang Israel-Hizbullah
Presiden Siprus Christodoulides mengatakan negaranya tidak berpartisipasi dalam cara apa pun dalam perang yang dilancarkan Israel ke Gaza dan Lebanon
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
"Membuka bandara dan pangkalan di Siprus bagi musuh Israel untuk menargetkan Lebanon berarti pemerintah Siprus adalah bagian dari perang, dan kelompok perlawanan akan menghadapinya sebagai bagian dari perang," kata pemimpin Hizbullah tersebut, dilansir The Guardian, Kamis (20/6/2024).
Israel masuk jebakan Hizbullah?
Beberapa waktu lalu, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz mengatakan, keputusan perang habis-habisan dengan Hizbullah di Lebanon selatan akan segera terjadi merupakan upaya baru untuk melakukan pencegahan – terutama karena kedua belah pihak sangat memahami betapa dahsyatnya dampak yang ditimbulkan. permusuhan akan terjadi.
Kenyataannya adalah Hizbullah, sekutu Iran, adalah musuh yang lebih kuat dibandingkan Hamas di Gaza.
Diperkirakan kelompok muslim Syiah dari Lebanon ini memiliki 30 ribu drone berbagai varian. Belum lagi ditambah antara 120.000 dan 200.000 rudal dan roket terarah.
Assaf Orion, mantan brigadir jenderal di IDF antara tahun 2010 dan 2015, memperkirakan bahwa Hizbullah memiliki “puluhan kali lipat persenjataan Hamas” dan menyiratkan bahwa konflik apa pun akan memiliki skala yang sama besarnya lebih besar daripada konflik yang terjadi di Gaza setelah 7 Oktober.
Katz, berbicara pada hari Selasa lalu, menanggapi rekaman video drone berdurasi sembilan menit yang dirilis oleh Hizbullah, yang menunjukkan detail situs militer dan pemukiman di pelabuhan Haifa Israel, 25 hingga 30 mil dari perbatasan.
Rekaman drone pengintai itu sendiri bukanlah sebuah kemampuan militer yang mematikan, namun nada “kami tahu di mana Anda tinggal” dalam film tersebut dimaksudkan untuk meresahkan warga Israel di bagian utara dan memberi kesan bahwa Hizbullah dapat melancarkan serangkaian serangan dengan harapan dapat menggulung Iron Dome dan Israel.
Barat dan sebagian elite Tel Aviv masih memiliki kekhawatiran utama yakni risiko kesalahan perhitungan yang berujung pada konflik mendadak.
Hizbullah dan Israel telah saling bertukar serangan sejak Hamas melancarkan serangannya delapan bulan lalu, dan Hizbullah bersikeras bahwa mereka tidak akan berhenti kecuali ada gencatan senjata di Gaza.
Namun ketika kampanye di wilayah selatan mencapai tahap akhir yang menurut IDF, kekerasan di wilayah utara meningkat tajam seperti halnya retorika yang terjadi.
Pekan lalu sebuah serangan udara menewaskan Taleb Sami Abdallah, komandan Hizbullah paling senior yang dibunuh oleh Israel sejak Oktober lalu, yang mendorong kelompok pejuang Lebanon tersebut menembakkan 215 roket ke Israel utara pada Rabu lalu dan 100 roket lagi pada hari berikutnya.
Perang habis-habisan terakhir antara keduanya terjadi pada tahun 2006, meningkat dari sebuah insiden ketika gerilyawan Hizbullah membunuh tiga tentara IDF, melukai dua tentara lainnya dan menangkap dua lainnya setelah serangan lintas batas yang dengan cepat ditafsirkan oleh Israel sebagai tindakan perang.
Kampanye udara yang menghancurkan ke Lebanon gagal menekan serangan roket dari Hizbullah dan invasi darat singkat terjadi dalam konflik yang berlangsung selama sebulan.
Meski saling klaim kemenangan, faktanya adalah pemerintahan Israel ketika itu tumbang, sedangkan pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah tetap berdiri hingga hari ini.
(oln/khbrn/*)