Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Israel dan Hizbullah di Ambang Perang, PBB Tak Mau Lebanon Jadi 'Gaza Kedua'

Israel dan Hizbullah berada di ambang perang, menyusul meningkatnya pertempuran di utara. PBB tidak mau Lebanon menjadi seperti Gaza.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Israel dan Hizbullah di Ambang Perang, PBB Tak Mau Lebanon Jadi 'Gaza Kedua'
Yuki IWAMURA / AFP
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pidatonya dalam debat terbuka dewan keamanan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional di markas besar PBB di New York pada 20 November 2023. -- PBB tak mau ada perang Israel-Hizbullah di Lebanon. 

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menekankan bahwa Lebanon tidak boleh menjadi 'Gaza yang lain'.

Pernyataan ini mengecam meningkatnya permusuhan Israel dan Hizbullah Lebanon, yang menimbulkan ketakutan akan pecahnya perang di Lebanon.

Antonio Guterres merujuk pada serangan Israel yang masih berlangsung, hingga menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina dan menghancurkan bangunan di Jalur Gaza.

“Mari kita perjelas, masyarakat di kawasan ini dan masyarakat di dunia tidak bisa membiarkan Lebanon menjadi bagian lain dari Gaza," kata Antonio Guterres, Jumat (21/6/2024).

“Saya merasa terdorong hari ini untuk mengungkapkan keprihatinan mendalam saya mengenai eskalasi antara Israel dan Hizbullah di sepanjang Garis Biru yang ditarik oleh PBB antara Lebanon dan Israel setelah penarikan tentara Israel pada tahun 2000," lanjutnya.

Ia merujuk pada perang Israel dan Hizbullah di masa lalu, yang terjadi di sepanjang perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dan Lebanon selatan.

“Eskalasi dalam konflik, pengeboman yang terus-menerus, peningkatan retorika permusuhan di kedua belah pihak, seolah-olah perang habis-habisan akan segera terjadi," kata Sekjen PBB itu.

Berita Rekomendasi

Antonio Guterres memperingatkan risiko meluasnya konflik di Timur Tengah adalah nyata dan harus dihindari.

"Setiap langkah yang tidak masuk akal, kesalahan perhitungan apa pun, dapat menyebabkan bencana yang jauh melampaui batas, sebuah (bencana) yang sejujurnya tidak dapat dibayangkan," katanya memperingatkan Israel dan Hizbullah.

Dia meminta kedua belah pihak untuk segera berkomitmen kembali terhadap perdamaian.

“Dunia harus menyatakan dengan lantang dan jelas: deeskalasi dalam waktu dekat tidak hanya mungkin dilakukan – namun juga penting. Tidak ada solusi militer,” katanya, dikutip dari Al Araby.

Baca juga: Israel Mulai Kewalahan Membendung Serangan Drone Hizbullah, Situs Militer Zionis jadi Sasaran

Antonio Guterres prihatin dengan tewasnya warga sipil baik di pihak Israel mau pun Hizbullah akibat kedua kekuatan militer tersebut saling tembak di perbatasan.

Pengeboman ini semakin intensif dalam beberapa pekan terakhir, dengan adanya saling ancaman dari kedua belah pihak yang meningkatkan kekhawatiran akan pecahnya perang regional.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.

Hizbullah berjanji hanya akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan agresinya terhadap rakyat Palestina dan mencapai gencatan senjata dengan gerakan perlawanan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza, sebuah tawaran yang ditolak Israel.

Jumlah Korban

Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.551 jiwa dan 85.911 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (22/6/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas