Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasukan Israel Bersiap Umumkan Kekalahan Brigade Al Qassam Seusai Pertempuran di Rafah

deklarasi yang akan dilakukan IDF ini merupakan kamuflase untuk menutupi kegagalan tentara pendudukan menuntaskan misi berat di Rafah.

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Pasukan Israel Bersiap Umumkan Kekalahan Brigade Al Qassam Seusai Pertempuran di Rafah
rntv/tangkap layar
Pasukan Israel (IDF), tampak tergesa berlindung saat menghadapi penyergapan dan serangan dadakan. IDF dilaporkan segera mendeklarasikan kekalahan sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam seusai pertempuran di Rafah, Gaza Selatan. 

Pernyataan terbaru ini sangat berbeda dari setiap pengumuman yang dibuat Hagari sendiri soal tujuan serangan Israel di Gaza.

Baca juga: Warga Israel di Perbatasan Lebanon Takut Serangan Hizbullah: Tiba-tiba Ada Rudal, Kami Tak Tahan

Dalam pernyataan pers hariannya, Hagari menggambarkan kehancuran sistematis kemampuan militer Hamas di seluruh wilayah kantong itu.

Baru-baru ini, pernyataan Hagari juga bertentangan dengan pernyataan Netanyahu, di mana sang perdana menteri sekali lagi menekankan "kemenangan total" di Gaza.

Kontradiksi itu dapat secara mudah dikaitkan dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Netanyahu, serta menteri sayap kanan.

Meski demikian, ketegangan antara dua kubu itu beberapa kali dapat diatasi, karena fakta mengenai perang Israel di Gaza dan Lebanon sebagian besar dikelola oleh Dewan Perang.

Seperti diketahui, Dewan Perang melibatkan para pemimpin oposisi dan individu berkredibilitas tinggi dalam institusi militer.

Antisipasi pengunduran diri pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, yang merupakan Kepala Staf tentara Israel pada tahun 2014, Gadi Eisenkot, dan lainnya, serta pembubaran Dewan Perang mengubah dinamika politik yang memerintah Israel selama sembilan bulan terakhir.

BERITA REKOMENDASI

IDF kini merasa berani dan secara terbuka menyuarakan rasa frustrasinya karena tidak adanya rencana politik pasca-perang.

Perlu juga dinyatakan, meskipun tentara Israel mempunyai peran penting dalam pendirian negara Israel, konflik seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Secara historis, para jenderal Israel dimasukkan ke dalam lembaga politik setelah mereka pensiun, atau mereka cenderung bekerja sebagai konsultan di perusahaan manufaktur militer besar Israel.

Namun, formasi politik baru Netanyahu sengaja mengesampingkan kekuatan militer.

Pimpinan militer Israel pasti menyadari skenario pasca-perang di Israel harus mencakup kembalinya peran politiknya sebagai bagian dari institusi politik.

Baca juga: Israel Serang Jemaah Palestina yang akan Salat Idul Adha di Al-Aqsa, Bahkan Menyerbu Sampai Halaman

Untuk melakukan hal ini, tokoh sayap kanan seperti menteri Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, keduanya tidak memiliki pengalaman militer, tidak dapat menjadi bagian dari formasi politik skenario "hari setelahnya".

Hal ini seharusnya menjelaskan konteks persaingan yang sedang berlangsung di Israel, yang konsekuensinya tentu saja sangat luas.

(oln/khbrn/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas