Lebanon di Ambang Perang Besar Melawan Israel, Kuwait Kirim Pesawat untuk Evakuasi Warganya
Kementerian Luar Negeri Kuwait memerintahkan Kuwait Airways untuk memulai evakuasi warga Kuwait di Lebanon sejak akhir pekan lalu.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KUWAIT – Pemerintah Kuwait memutuskan mengevakuasi massal rakyatnya yang tinggal di Lebanon, Senin (24/6/2024) setelah hasil evaluasi terkini mendapati fakta bahwa Lebanon sedang di ambang perang besar melawan Israel.
Kementerian Luar Negeri Kuwait memerintahkan maskapai penerbangan Kuwait Airways untuk memulai evakuasi warga Kuwait di Lebanon sejak akhir pekan lalu.
Evakuasi besar-besaran telah digelar sehari sebelumnya, pemerintah negara Teluk tersebut memperbarui seruan agar warganya meninggalkan Lebanon sesegera mungkin.
Kementerian Luar Negeri Kuwait juga meminta warga yang tidak memiliki kepentingan untuk menahan diri agar tak pergi ke Lebanon karena situasi keamanan yang kian mencekam buntut konflik Israel dan Hizbullah.
“Maskapai penerbangan Kuwait pada hari Sabtu berangkat ke Lebanon untuk mengevakuasi warga negara Kuwait di negara tersebut, menyusul adanya eskalasi miliaran antara Hizbullah dan Israel yang kian meningkat,” jelas Kantor berita resmi Kuwait, KUNA.
Tidak dijelaskan berapa banyak masyarakat Kuwait yang akan dievakuasi dari Lebanon.
Mengutip dari Al Arabiya maskapai penerbangan tersebut menjelaskan bahwa mereka telah mengoperasikan beberapa pesawat besar untuk terbang ke Beirut, ibu kota Lebanon.
Kanada Juga Evakuasi Warganya dari Lebanon
Evakuasi massal belakangan juga dilakukan oleh Pemerintah Kanada atas puluhan ribu warganya di Lebanon.
Di akun media sosialnya, Menteri Luar Negeri Kanada Mélanie Joly mendesak 45.000 warga negaranya untuk segera mengevakuasi dari Lebanon lantaran makin memanasnya perang antara Hizbullah dan Israel.
Tidak jelas apakah rencana serupa juga dibuat untuk sekitar 35.000 warga Kanada yang tinggal di Israel.
Mélanie Joly mengatakan Ottawa telah mengirim pasukan militer ke wilayah Lebanon sebagai persiapan untuk evakuasi tersebut.
Baca juga: Ribuan Pejuang Timur Tengah yang Dibekingi Iran Siap Gabung Hizbullah Jika Israel Serang Lebanon
“Ottawa telah mengirim pasukan militer ke wilayah Lebanon sebagai persiapan untuk evakuasi terbesar yang pernah kami lakukan,” ujar Joly mengutip Times Of Israel.
Di sisi lain pasca militan Hizbullah melakukan serangan brutal ke wilayah Israel Utara , pemerintahan Tel Aviv melaporkan bahwa 60.000 penduduk Israel dilaporkan kabur dari wilayah tempat tinggalnya untuk mengevakuasi diri dari perbatasan utara Lebanon.
Jet Tempur Israel Siap Gempur Lebanon Selatan
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menegaskan bahwa pihaknya tengah bersiap untuk melancarkan serangan ke wilayah Lebanon. Serangan itu diumumkan langsung oleh Kepala Komando Utara IDF, Mayjen Ori Gordin dan Kepala Direktorat Operasi, Mayjen Oded Basiuk.
"Rencana operasi serangan ofensif di Lebanon telah disetujui," demikian pernyataan IDF, dikutip Al Mayadeen.
Baca juga: IDF Hadapi Pilihan Sulit, Harus Hentikan Serangan ke Rafah, Geser Kekuatan untuk Gempur Lebanon
Menurut informasi yang beredar serangan ini dilakukan setelah Hizbullah merilis video rekaman berdurasi sembilan menit yang memancing amarah Israel.
Dalam video yang diambil dengan pesawat nirawak itu Hizbullah menunjukkan lokasi militer dan sipil di beberapa kota Israel.
Cuplikan video lain diklaim menunjukkan kompleks militer di dekat Haifa milik produsen senjata Israel Rafael.
Baca juga: 9,5 Menit Drone Hizbullah Telanjangi Teritori Israel, Petakan Area Sensitif Termasuk Zona Militer
Sejak video itu mencuat ke publik, Israel memperingatkan pihak Hizbullah untuk bersiap menghadapi perang habis-habisan.
Sebagai bentuk persiapan, saat ini pasukan IDF yang ada di Rafah telah dipindah tugaskan ke wilayah utara Israel yang berbatasan dengan Lebanon Selatan untuk menggempur markas besar Hizbullah.
Benjamin Netanyahu berdalih pemindahan pasukan IDF dari Rafah ke Utara Israel dilakukan untuk tujuan pertahanan mengingat selama beberapa bulan terakhir wilayah tersebut kerap menjadi target sasaran rudal militan Hizbullah.