Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kebakaran Besar di Dekat Pangkalan Militer Ofrit Israel Usai Hamas Tolak Rencana 'The Day After War'

Dua belas unit pemadam kebakaran Israel dikerahkan untuk mengendalikan kebakaran besar yang terjadi di dekat pangkalan militer Ofrit Israel

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Kebakaran Besar di Dekat Pangkalan Militer Ofrit Israel Usai Hamas Tolak Rencana 'The Day After War'
tangkap layar
Tangkap layar video yang menunjukkan kebakaran besar di dekat pangkalan militer Ofrit Israel di Gunung Scopus di Yerusalem Timur yang diduduki, Selasa (25/6/2024) malam. 

Dilansir Al Mayadeen, hal itu menyebabkan tank dan awaknya tewas.

Serangan terhadap tank Merkava lainnya juga terjadi di kamp al-Shaboura, Rafah, di mana Al-Qassam menyerangnya menggunakan peluru al-Yassin 105.

Buntut serangan itu, sejumlah pasukan Israel kabur.

Namun, beberapa tewas karena terlibat serangan jarak dekat dengan pejuang Al-Qassam.

Baca juga: Tentara IDF Unggul Senjata-Pasukan, Kenapa Hamas Malah Makin Kuat? Israel Gagal Paham Soal Gaza

Anak laki-laki menyaksikan asap mengepul selama serangan Israel di timur Rafah di Jalur Gaza selatan pada 13 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP)
Anak laki-laki menyaksikan asap mengepul selama serangan Israel di timur Rafah di Jalur Gaza selatan pada 13 Mei 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by AFP) (AFP/-)

Kesuksesan keempat, Al-Qassam juga berhasil menargetkan dua kendaraan tempur IDF, Eitan, menggunakan rudal al-Tassin 105.

Kelima, sekumpulan pasukan Israel ditargetkan menggunakan mortir di poros Taqaddum di lingkungan Tal al-Sultan, Rafah barat.

Baca juga: IDF Hadapi Situasi Menantang di Rafah, Komandan Brigade Nahal Kewalahan: Ini Sangat Melelahkan

Keenam, Al-Qassam juga telah menyita quadcopter Mavic di kamp al-Shaboura.

BERITA REKOMENDASI

Ketujuh, pejuang Al-Qassam berhasil membombardir lokasi komando dan kendali IDF di sebelah timur al-Zaytoun, menggunakan mortir kaliber berat.

Serangan itu mengakibatkan kerugian langsung di antara pasukan Israel.

Kedelapan, Al-Qassam mengirimkan drone bunuh diri al-Zouari ke arah pertemuan IDF di pemukiman Holit dekat Gaza.

IDF Frustrasi pada Netanyahu

Sebelumnya, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan tentara Israel selalu merasa frustrasi terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahkan sejak sebelum perang dimulai.

Tetapi, menurut Hagari, sejak 7 Oktober 2023, perselisihan antara militer dan pemerintahan Netanyahu telah mencapai puncaknya.

"Siapapun yang mengira Hamas bisa dihancurkan adalah kesalahan," ujarnya dalam wawancara Channel 13 Israel, Rabu, dikutip dari Palestine Chronicle.

"Mengatakan Hamas bisa dihancurkan dan dihilangkan sama saja dengan melempar debu ke mata publik," imbuhnya.

Pernyataan terbaru ini sangat berbeda dari setiap pengumuman yang dibuat Hagari sendiri soal tujuan serangan Israel di Gaza.

Baca juga: Warga Israel di Perbatasan Lebanon Takut Serangan Hizbullah: Tiba-tiba Ada Rudal, Kami Tak Tahan

Dalam pernyataan pers hariannya, Hagari menggambarkan kehancuran sistematis kemampuan militer Hamas di seluruh wilayah kantong itu.

Baru-baru ini, pernyataan Hagari juga bertentangan dengan pernyataan Netanyahu, di mana sang perdana menteri sekali lagi menekankan "kemenangan total" di Gaza.

Kontradiksi itu dapat secara mudah dikaitkan dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Netanyahu, serta menteri sayap kanan.

Meski demikian, ketegangan antara dua kubu itu beberapa kali dapat diatasi, karena fakta mengenai perang Israel di Gaza dan Lebanon sebagian besar dikelola oleh Dewan Perang.

Seperti diketahui, Dewan Perang melibatkan para pemimpin oposisi dan individu berkredibilitas tinggi dalam institusi militer.

Antisipasi pengunduran diri pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, yang merupakan Kepala Staf tentara Israel pada tahun 2014, Gadi Eisenkot, dan lainnya, serta pembubaran Dewan Perang mengubah dinamika politik yang memerintah Israel selama sembilan bulan terakhir.

IDF kini merasa berani dan secara terbuka menyuarakan rasa frustrasinya karena tidak adanya rencana politik pasca-perang.

Perlu juga dinyatakan, meskipun tentara Israel mempunyai peran penting dalam pendirian negara Israel, konflik seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Secara historis, para jenderal Israel dimasukkan ke dalam lembaga politik setelah mereka pensiun, atau mereka cenderung bekerja sebagai konsultan di perusahaan manufaktur militer besar Israel.

Namun, formasi politik baru Netanyahu sengaja mengesampingkan kekuatan militer.

Pimpinan militer Israel pasti menyadari skenario pasca-perang di Israel harus mencakup kembalinya peran politiknya sebagai bagian dari institusi politik.

Baca juga: Israel Serang Jemaah Palestina yang akan Salat Idul Adha di Al-Aqsa, Bahkan Menyerbu Sampai Halaman

Untuk melakukan hal ini, tokoh sayap kanan seperti menteri Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, keduanya tidak memiliki pengalaman militer, tidak dapat menjadi bagian dari formasi politik skenario "hari setelahnya".

Hal ini seharusnya menjelaskan konteks persaingan yang sedang berlangsung di Israel, yang konsekuensinya tentu saja sangat luas.

(oln/rntv/khbrn/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas