Bantu Kemenangan Putin, Pimpinan Korut Kirim Pasukan Untuk Jadi Tameng Rusia Hadapi Ukraina
Kim Jong Un dilaporkan mengirim sejumlah pasukan untuk bergabung dengan tentara Rusia bertempur di medan perang di Ukraina.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM , PYONGYANG – Presiden Korea Utara, Kim Jong Un dilaporkan mengirim sejumlah pasukan untuk bergabung dengan tentara Rusia bertempur di medan perang di Ukraina. Hal ini diungkap oleh juru bicara Pentagon Pat Ryder.
Pernyataan Pentagon muncul pasca pertemuan antara Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pekan lalu. AS meyakini Rusia dan Korut diam-diam menandatangani perjanjian pertahanan strategis.
Adapun isi perjanjian antara Kim dan Putin menyatakan bahwa salah satu dari kedua belah pihak terlibat dalam keadaan perang karena invasi bersenjata dari satu negara atau beberapa negara bagian, pihak lain harus memberikan bantuan militer dan bantuan lainnya dengan segala cara yang mereka bisa.
Baca juga: Terungkap Sebab Fasilitas Energi Ukraina Bisa Hancur, 6 Misil Rusia Hanya Dilawan 1 Rudal Ukraina
Meski Korut telah menyangkal kebenaran isu tersebut, namun AS yakin kedua negara tersebut telah menekan Perjanjian yang memungkinkan Pyongyang untuk mengirimkan unit tempurnya bergabung dengan pasukan Rusia di wilayah Oblast Donetsk.
Mengingat selama beberapa bulan terakhir Korea Utara muncul sebagai pemasok senjata utama ke Rusia ketika Moskow menghadapi berkurangnya stok militer dan kapasitas produksi yang juga terhambat oleh sanksi Barat.
Menurut catatan perdagangan internal Rusia yang diperoleh Washington Post menunjukkan bahwa Rusia mungkin telah menerima 1,6 juta peluru artileri dari Korea Utara dalam kurun waktu enam bulan terakhir.
Tak dijelaskan secara pasti berapa jumlah pasukan Korut yang dikirimkan ke Rusia, namun menurut Ryder unit militer Korea Utara hanya akan menjadi umpan meriam jika sampai terjun dalam perang di Ukraina.
"Jika saya adalah kepala staf militer Korea Utara, saya akan mempertanyakan pengiriman pasukan saya sebagai umpan meriam dalam perang ilegal melawan Ukraina," ujar Ryder dikutip dari Kyiv Independent.
Lebih lanjut Ryder menegaskan jika Amerika tidak akan mengambil opsi senjata nuklir untuk melindungi sekutunya di Semenanjung Korea, yakni Jepang dan Korea Selatan.
Baca juga: Gara-gara Diklaim Sebar Propaganda & Tak Boleh Siaran, Rusia Blokir Akses 81 Outlet Media Uni Eropa
"Kebijakan kami mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea tidak berubah. AS akan terus bekerja sama dengan sekutu dari Korea Selatan, Jepang, dan kawasan lain untuk menjamin keamanan dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik," imbuh Ryder.
Kim Jong Un Dukungan Penuh Agresi Rusia
Meski kemesraan yang terjalin antara Jong Un dan Vladimir Putin mendapat banyak pertentangan namun hal tersebut tak membuat pemimpin Korut mundur.
Kim Jong-un secara terbuka menyatakan dukungan penuh dan solidaritas kepada pemerintah, tentara, dan rakyat Rusia dalam melaksanakan operasi militer khusus di Ukraina untuk melindungi kedaulatan, kepentingan keamanan, dan integritas wilayah.
"Kami sangat menghargai dukungan Anda yang konsisten dan tak tergoyahkan untuk kebijakan Rusia, termasuk dalam hal Ukraina," mengutip pernyataan Putin pada awal pembicaraan dengan Kim.
Sementara itu merespon pernyataan Kim, Presiden Putin mengapresiasi dukungan tersebut dan menegaskan bahwa kedua negara akan menandatangani perjanjian untuk memperkuat kemitraan strategis.
“Kami sangat menghargai dukungan Anda yang konsisten dan tidak berubah terhadap kebijakan Rusia, termasuk terhadap kebijakan Ukraina,” ucap Putin.
Sebagai imbalan atas dukungan Pyongyang ke Moskow Rusia telah mengirimkan teknologi ke Korea Utara untuk membantu rencana mereka meluncurkan sejumlah satelit mata-mata yang dapat melindungi Pyongyang dari ancaman musuh di kawasan tersebut.
Terbaru Putin melakukan kunjungan ke Pyongyang. Kunjungan kali ini menjadi kunjungan pertama Putin ke Korea Utara dalam 24 tahun terakhir. Sejumlah pihak meyakini bahwa kunjungan tersebut berpotensi besar mempererat hubungan Rusia dan Korut yang terjalin selama bertahun-tahun, saat kedua negara sama-sama menghadapi isolasi internasional.