Iran Lancarkan Agresi Militer Skala Penuh Jika Israel Benar-benar Perangi Hizbullah di Lebanon
Iran mengancam bakal perangi Israel jika negara Zionis tersebut akhirnya menyerang Hizbullah yang berbasis di Lebanon selatan.
Editor: Hasanudin Aco
Iran Lancarkan Agresi Militer Skala Penuh Jika Israel Benar-benar Perangi Hizbullah di Lebanon
TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Iran mengancam bakal perangi Israel jika negara Zionis tersebut akhirnya menyerang Hizbullah yang berbasis di Lebanon selatan.
Ancaman tersebut diungkapkan oleh Misi Iran untuk PBB.
Iran akan melakukan perang yang melenyapkan terhadap Israel jika akhirnya melakukan agresi militer skala penuh di Lebanon.
Misi Iran lewat akun media sosial X, mengungkapkan bahwa dalam peristiwa itu, semua pilihan termasuk keterlibatan dalam semua front perlawanan akan dilakukan.
“Meski Iran menganggap propaganda rezim Zionis menyerang Lebanon sebagai perang psikologi, namun jika berubah menjadi agresi militer besar-besaran, perang yang menghancurkan akan terjadi,” katanya dikutip dari The Times of Israel, Sabtu (29/6/2024).
“Semua opsi, termasuk keterlibatan penuh seluruh Front Perlawanan, bakal dilakukan,” ucap dia.
Baca juga: Diam-diam Amerika Telah Pasok 10.000 Bom ke Israel, Ada Jenis MK-84 hingga AGM-114 Hellfire
Warning dari Israel
Sebelumnya, Pemimpin Kepala Staf Gabungan AS, Charles Q Brown, pada Minggu (23/6/2024), memperingatkan Israel bahwa Iran akan ikut turun tangan jika Israel menyerang Lebanon.
Brown mengatakan Iran akan cederung mendukung Hizbullah jika serangan Israel itu tercapai.
“Terutama jika mereka merasa bahwa Hizbullah sedang terancam secara signifikan,” ujarnya.
Ancaman Iran ini membuat Timur Tengah pun semakin panas.
Israel memang mengancam akan melakukan serangan militer ke Lebanon, jika tak ada negosiasi untuk mendorong Hizbullah menjauh dari perbatasan.
Hizbullah memang meningkatkan sejumlah serangan ke kota dan pos-pos militer dekat Lebanon.
Militer Israel sendiri mengatakan telah menyetujui rencana untuk melakukan serangan ke Lebanon.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan solusi diplomatik bisa tercapai atas masalah ini.
Namun ia mengatakan bisa menyelesaikan masalah Hizbullah dengan cara yang berbeda jika diperlukan.
AS Kirim Ribuan Bom Seberat 907 Kg
Ternyata sejak perang di Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023, pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden diam-diam telah mengirimkan 10.000 bom dan amunisi seberat 2.000 pon (907 Kg) ke Israel.
Hal ini diungkapkan dua pejabat AS yang diberi pengarahan tentang daftar terbaru pengiriman senjata kepada Reuters pada, Sabtu 29 Juni 2024.
Dalam laporannya kedua pejabat AS ini menjelaskan bahwa negaranya telah memasok senjata ke Israel berupa 10.000 bom seberat 2.000 pon, dimana satu bom itu dapat menembus beton dan logam tebal, sehingga menciptakan radius ledakan yang luas.
Adapun daftar bom yang dipasok AS untuk Israel diantaranya ada 14.000 bom MK-84 seberat 907,1 kg yang dapat menembus logam setinggi 15 inci (38 cm) atau beton setinggi 11 kaki (3,4 m), dan bisa menyebabkan fragmentasi mematikan hingga radius 400 yard (370 meter).
Kemudian ada 3.000 rudal Hellfire yang memiliki jarak tembak mencapai 8.000 meter dengan kecepatan Mach 1.3 (1.591 Km per jam) serta 1.000 bunker penghancur bom, 2.600 bom berdiameter kecil dan 6.500 bom seberat 226,7 kg.
Kendati dunia telah mengecam tindakan AS yang terus memasok senjata perang untuk Israel dalam melancarkan genosida massal di Gaza, namun hal tersebut tampaknya tak membuat AS mundur mendukung negara Zionis tersebut.
Para ahli mengatakan isi kiriman tersebut tampak konsisten dengan kebutuhan Israel untuk mengisi kembali pasokan yang digunakan dalam kampanye militer intensif selama delapan bulan di Gaza.
"Meskipun angka-angka ini dapat dikeluarkan dengan relatif cepat dalam sebuah konflik besar, daftar ini jelas mencerminkan tingkat dukungan yang besar dari Amerika Serikat untuk sekutu Israel," kata Tom Karako, pakar senjata di Pusat Studi Strategis dan Internasional dikutip Times of Israel.
Gedung Putih menolak berkomentar. Sementara Kedutaan Besar Israel di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar tersebut.