Otoritas Palestina PA Tidak Akan Menerima atau Mengizinkan ‘Kehadiran Asing’ di Tanah Palestina
Otoritas Palestina PA tidak akan menerima atau mengizinkan ‘kehadiran asing’ di tanah Palestina.
Penulis: Muhammad Barir
Otoritas Palestina PA Tidak Akan Menerima atau Mengizinkan ‘Kehadiran Asing’ di Tanah Palestina
TRIBUNNEWS.COM- Otoritas Palestina PA tidak akan menerima atau mengizinkan ‘kehadiran asing’ di tanah Palestina.
Juru bicara resmi Kepresidenan Otoritas Palestina mengatakan pada hari Minggu bahwa, “Tidak ada legitimasi bagi kehadiran asing di Wilayah Palestina, dan hanya rakyat Palestina yang dapat memutuskan siapa yang memerintah dan mengatur urusan mereka.”
Nabil Abu Rudeineh menambahkan, sebagai tanggapan atas pernyataan Israel yang menyerukan penyerahan pemerintahan Jalur Gaza kepada pasukan internasional, bahwa, “Juga tidak ada legitimasi atas pemukiman tersebut atau kebijakan pemindahan yang coba diterapkan oleh otoritas pendudukan. tanah melalui pembantaian berdarah.”
Pejabat PA mengatakan bahwa pemerintah pendudukan dan presidennya “berdelusi” jika mereka berpikir bahwa mereka dapat menentukan nasib rakyat Palestina dan mengkonsolidasikan pendudukan dengan merekrut pasukan asing untuk menggantikan penjajah di Jalur Gaza.
“Kami tidak akan menerima atau membiarkan kehadiran orang asing di tanah kami, baik di Tepi Barat maupun Jalur Gaza,” tegas Abu Rudeineh.
“Ekspansi kolonial yang dipimpin oleh Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, di wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem yang diduduki, adalah ilegal dan merupakan bagian dari perang habis-habisan yang dilancarkan terhadap rakyat Palestina, tanah dan tempat suci mereka.”
Otoritas Palestina, katanya, menolak “konspirasi untuk menggusur warga kami, dan kami tidak akan mengizinkannya dengan cara apa pun.” Rakyat Palestina, katanya, telah memberikan contoh teladan komitmen terhadap tanah mereka, kesucian dan ketetapan nasional yang tidak akan menyimpang darinya.
“Masalah Palestina adalah masalah tanah dan kenegaraan, bukan masalah bantuan kemanusiaan. Ini adalah tujuan suci dan isu sentral bagi masyarakat Arab.”
SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR