Pejabat AS Takut Invasi Israel ke Lebanon Bisa Seret Rusia dalam Konflik Hizbullah vs Israel
Pejabat pertahanan dan intelijen AS khawatir invasi Israel ke Lebanon bisa membuat Rusia terseret masuk ke dalam konflik proksi-proksi Iran vs. Israel
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM – Para pejabat pertahanan dan intelijen Amerika Serikat (AS) khawatir invasi Israel ke Lebanon bisa membuat Rusia terseret masuk ke dalam pusaran konflik proksi-proksi Iran vs. Israel.
Mereka takut kerja sama militer antara Iran dan Rusia bakal lebih kuat jika Israel menyerang kelompok Hizbullah di Lebanon.
Kepada Middle East Eye, para pejabat dan eks pejabat pertahanan AS menyebut ketakutan itu sebagai efek “sekunder” dan “tersier” dari serangan darat Israel terhadap Hizbullah.
Menurut mereka, ketakutan itu dipicu oleh intelijen AS yang mengklaim bahwa Rusia tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan dukungannya kepada proksi-proksi Iran, termasuk Hizbullah di dalamnya.
Adapun seorang pejabat senior AS berujar bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah mempertimbangkan untuk mengirimkan senjata rudal jelajah antikapak kepada kelompok Houthi di Yaman.
Houthi hingga saat ini masih melancarkan operasi militer di lautan untuk menyerang kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel.
Pada bulan November 2023 Wall Street Journal melaprkan bahwa Grup Wagner atau tentara bayaran Rusia berencana memasok sistem pertahanan udara Rusia kepada Hizbullah.
“Jika Israel menyerang di dalam wilayah Lebanon, hal itu mungkin akan memicu kerja sama yang lebih erat antara Iran dan Rusia untuk membantu Hizbullah mempertahankan diri,” kata William Usher, mantan analis senior Timur Tengah kepada Middle East Eye.
“Bisa jadi Rusia sudah berpikir tentang bagaimana dia akan membantu Houthi.”
Saat ini Rusia sudah bersekutu dengan pasukan Iran dan kelompok yang mendukung Presiden Bashar al-Assad di Suriah.
Pada bulan Januari lalu Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov juga menerima kunjungan utusan Houthi di Moskwa.
Baca juga: Hizbullah Gempur Markas Besar Batalyon Sahel di Barak Beit Hillel dengan Roket Falaq
Menurut intelijen AS, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammaed bin Salman sudah ikut campur agar Putin tidak mengirimkan rudal kepada Houthi.
“Putin berbicara dengan Mohammed bin Salman yang meminta mereka [Rusia] agar tidak mengejar rencana itu,” kata seorang pejabat AS.
Pembicaraan itu terjadi setelah Putin bertandang Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pada akhir tahun lalu.