Ancaman Ben-Gvir kepada Netanyahu: Jika Perang Berakhir, Saya akan Tinggalkan Pemerintahan
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir mengancam akan mengundurkan diri jika perang dengan Hamas berakhir.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir memperingatkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa pemerintahannya akan bubar jika Netanyahu menyetujui penghentian perang di Gaza atau penyelesaian politik.
Dilaporkan Asharq Al Awsat , Ben-Gvir mengatakan pada Minggu (30/6/2024) malam, “Kita tidak boleh mencapai kesepakatan dengan Hamas, kita harus melakukan kampanye melawan mereka."
"Jika perang berhenti, saya tidak akan berada di pemerintahan.”
Politisi sayap kanan tersebut mengatakan, “Perdana Menteri memahami betul bahwa kehadiran saya bergantung pada konflik yang sedang berlangsung."
"Saya telah menyatakan pendirian mengenai Gaza, ‘Jika tidak ada konflik, saya akan keluar,’ dan hal yang sama juga berlaku di wilayah utara."
"Konflik harus terus berlanjut di wilayah utara."
"Ini bukanlah ancaman bagi Perdana Menteri; itu suatu keharusan karena Anda tidak bernegosiasi dengan Nazi.”
Perlu diketahui, untuk membentuk koalisi pemerintahan saat ini, Netanyahu membutuhkan partai Ben Gvir, Otzma Yehudit.
Netanyahu tidak akan memiliki cukup suara tanpa dukungan mereka.
2 Pernyataan Kontroversial Ben-Gvir Lainnya: Menyerukan Eksekusi Tahanan Palestina dan Sengaja Memperparah Kondisi Penjara
- Eksekusi Tahanan Palestina dengan Cara Menembaknya di Kepala
Baru-baru ini, Itamar Ben-Gvir menyerukan eksekusi tahanan Palestina dengan cara menembaknya di kepala.
Baca juga: Pembebasan Direktur RS Al-Shifa Memicu Keributan di Israel, Ben Gvir Minta Kepala Shin Bet Dipecat
Mengutip middleeastmonitor.com, Ben-Gvir mengatakan dalam sebuah video yang dirilis 30 Juni lalu:
“Tahanan harus ditembak di kepala daripada diberi lebih banyak makanan.”
Ben-Gvir membahas masalah kondisi penjara dengan menyatakan: “Sangat disayangkan bahwa dalam beberapa hari terakhir saya harus memikirkan apakah tahanan Palestina harus menerima sekeranjang buah.”