Kronologi Festival Keagamaan Berdarah di India, 121 Tewas Terinjak Mayoritas Korban Perempuan
Sebanyak 121 orang dilaporkan tewas sementara puluhan korban lainnya mengalami luka-luka imbas insiden desak-desakan maut
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Sebanyak 121 orang dilaporkan tewas sementara puluhan korban lainnya mengalami luka-luka imbas insiden desak-desakan maut yang terjadi di festival keagamaan di Uttar Pradesh, sekitar 200 km (125 mil) tenggara ibu kota negara, New Delhi.
Menurut laporan kepolisian setempat, festival keagamaan berdarah ini telah menewaskan ratusan masyarakat yang mayoritas korban didominasi oleh perempuan, dengan tujuh korban tewas di antaranya masih anak-anak dan satu korban tewas lainnya berjenis kelamin laki-laki.
Baca juga: Dikenal Dekat Dengan Rusia Presiden Hongaria Temui Zelensky di Kiev, Ini Reaksi Kremlin
Sebelum insiden desak-desakan maut terjadi, lebih dari 250.000 orang yang menghadiri festival keagamaan awalnya berjalan dengan khidmat. Kerumunan orang berkumpul untuk mendengarkan khotbah seorang pendeta populer.
Namun ketika khutbah usai, sebagian besar warga bergegas lari menuju pintu keluar berusaha menyentuh kaki pendeta Bhole Baba alias Narayan Sakaar Hari.
Media lokal India juga melaporkan para warga berusaha mengumpulkan debu bekas injakan atau ban mobil dari 'tokoh agama' itu. Hal ini yang kemudian memicu desak-desakan maut, yang mengakibatkan banyak orang, termasuk perempuan dan anak-anak terinjak-injak.
"Semua orang yang ada di kerumunan, termasuk perempuan dan anak-anak, semuanya meninggalkan lokasi acara sekaligus," tutur personel kepolisian setempat, Sheela Maurya (50).
"Orang-orang mulai berjatuhan satu demi satu. Mereka yang tertimpa reruntuhan tewas. Orang-orang di sana menyelamatkan mereka," imbuhnya.
Sementara komisioner divisi kota Aligarh di negara bagian Uttar Pradesh, Chaitra V, awalnya mengatakan bahwa kepanikan massa dimulai ketika para peserta keluar dari lokasi ketika badai debu membutakan penglihatan mereka, sehingga menyebabkan pergulatan antar warga.
Orang-orang yang berdesak-desakan itu sebagian besar pingsan, lalu terjatuh dan terinjak-injak oleh kerumunan, tanpa bisa bergerak sedikitpun. Usai insiden itu terjadi, pakaian bekas dan sepatu yang hilang milik para korban berserakan di lokasi kejadian yang berlumpur.
Baca juga: Para Jenderal Israel Serukan Jeda Perang: IDF Terengah-engah, Biarlah Hamas Tetap Berkuasa di Gaza
Polisi Gelar penyidikan
Menanggapi insiden ini, pihak berwenang India telah membentuk komite khusus guna menyelidiki insiden tersebut. Adapun Panel ini akan dipimpin Direktur Jenderal Tambahan Kepolisian Agra dan Komisaris Aligarh.
Pihak berwenang India mencurigai adanya penambahan jumlah orang yang hadir, membludak tiga kali lipat lebih banyak dari yang diizinkan. Dimana Pihak polisi hanya memberikan izin bagi 80.000 orang untuk berkumpul, menurut dokumen tersebut.
"Kelalaian pihak berwenang juga akan diselidiki dan tindakan akan diambil berdasarkan laporan yang akan tersedia dalam waktu 24 jam," ujar Kepala Polisi Negara Bagian Uttar Pradesh, Prashant Kumar.
Bukan Kali Pertama
Insiden desak-desakan maut dalam acara keagamaan dan tempat ziarah di India sebelumnya pernah terjadi di masa lalu. Ini terjadi karena buruknya manajemen massa.
Pada tahun 2016, sedikitnya 112 orang tewas akibat ledakan kembang api di sebuah kuil di negara bagian Kerala. Kemudian di 2013, peristiwa terinjak-injak menewaskan 115 orang terjadi di India tengah. Sementara di 2008 hampir 250 orang tewas dan lebih dari 340 orang tewas di 2005.
Perdana Menteri (PM) Narendra Modi mengatakan pemerintah federal membantu negara bagian tersebut dan mengumumkan kompensasi sebesar 200.000 rupee atau sekitar Rp 39,3 juta kepada keluarga korban tewas. Sementara bagi korban yang terluka akan diberikan bantuan 50.000 rupee atau Rp 9,8 Juta.