Oposisi Israel Tantang Netanyahu untuk Teken Gencatan Senjata, Sebut Bakal Dukung Pemerintah
Ketua partai oposisi Israel, Yair Lapid menantang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk berani meneken proposal gencatan senjata.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Para penduduk mengatakan, invasi ulang Israel di Gaza ini menjadi pertempuran paling sengit dengan Hamas sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Layanan Darurat Sipil Gaza mengatakan mereka yakin puluhan orang tewas tetapi tim darurat tidak dapat menjangkau mereka.
Tank-tank Israel sejauh ini ditempatkan di beberapa area Tel Al-Hawa dan Sabra, tetapi belum maju jauh ke dalam tiga distrik lainnya.
Dikutip dari Arab News, penduduk setempat menambahkan, beberapa bangunan bertingkat telah hancur akibat serangan ini.
Baca juga: Tuding Markas UNRWA Jadi Gudang Senjata Hamas, Tank-Tank Israel Menumpuk di Tal al-Hawa
Salah satu dorongan tank Israel, kata penduduk, berasal dari arah timur, mendorong orang-orang ke jalan barat dekat Mediterania.
"Musuh ada di belakang kita dan laut ada di depan kita, ke mana kita akan pergi?" kata seorang penduduk Kota Gaza, Abdel-Ghani.
"Peluru tank dan rudal dari pesawat jatuh di jalan dan rumah-rumah seperti gunung berapi. Orang-orang berlarian ke segala arah dan tidak ada yang tahu ke mana harus pergi," lanjutnya.
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah melancarkan operasi terhadap infrastruktur militan di Jalur Gaza.
Saat ini, kata militer, pihaknya telah melumpuhkan lebih dari 30 pejuang yang menjadi ancaman bagi pasukan Israel.
Baca juga: Jenderal IDF: Israel Bak Kena Bom Atom Jika Netanyahu Kembali Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas
Serangan baru Israel itu terjadi saat Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat meningkatkan upaya untuk memediasi perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Penduduk Gaza mengatakan tank-tank bergerak maju dari sedikitnya tiga arah dan mencapai jantung Kota Gaza, didukung oleh tembakan gencar Israel dari udara dan darat.
Hal itu memaksa ribuan orang keluar dari rumah mereka untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman, yang bagi banyak orang mustahil ditemukan, dan beberapa tidur di pinggir jalan.
Petugas medis di Rumah Sakit Baptis Arab Al-Ahli di Kota Gaza harus mengevakuasi pasien ke Rumah Sakit Indonesia yang sudah penuh sesak dan kurang lengkap di Jalur Gaza utara, kata pejabat kesehatan Palestina.
(Tribunnews.com/Whiesa)