Israel Berencana Hadiri Acara Perdamaian di Hiroshima di Tengah Seruan Gencatan Senjata
Israel menerima undangan untuk menghadiri acara perdamaian di Hiroshima, Jepang pada 6 Agustus mendatang.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Namun pemerintah kota Nagasaki mengatakan mereka belum memutuskan apakah akan mengundang Israel.
Hiroshima dan Nagasaki menjadi kota pertama yang dijatuhkan bom atom pada 6 Agustus dan 9 Agustus 1945.
Setiap tahun, delegasi dari berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia diundang untuk menghadiri upacara perdamaian untuk mendoakan para korban.
Upacara itu sekaligus menegaskan bahwa umat manusia tidak dapat hidup berdampingan dengan senjata nuklir.
Diskusi Gencatan Senjata Israel-Hamas Masih Berlangsung
Sementara itu, perundingan gencatan senjata masih berlangsung antara Israel dan Hamas, dengan dimediasi oleh sejumlah pihak.
Namun, belum ada kemajuan yang berarti.
Pada hari Senin (8/7/2024), Hamas menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghalangi perundingan gencatan senjata.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengklaim bahwa mereka menawarkan fleksibilitas dan sikap positif dalam perundingan, sementara Netanyahu menaruh hambatan tambahan dalam proses perundingan.
Mengutip The Times of Israel, Hamas meminta para mediator untuk melakukan intervensi terhadap manuver dan kejahatan yang dilakukan Netanyahu.
Hamas menyebut Netanyahu melakukan “perang psikologis" dengan menunda-nunda kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Pada hari Minggu (7/7/2024), kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang memaparkan empat tuntutannya yang tidak dapat dinegosiasikan, termasuk janji untuk tidak menerima perjanjian gencatan senjata yang tidak memungkinkan Israel untuk melanjutkan pertempuran setelah perjanjian tersebut mulai dilaksanakan.
Baca juga: Mesir Kutuk Israel, Hamas Setuju Memulai Negosiasi Tanpa Klausul Gencatan Senjata Permanen
Pernyataan tersebut memicu banyak kritik dari pihak-pihak yang terlibat dalam perundingan, termasuk pejabat keamanan Israel.
Menindaklanjuti pernyataan Hamas, Ismail Haniyeh, ketua kelompok tersebut yang berbasis di Qatar, menyinggung laporan peningkatan operasi IDF di Kota Gaza yang berpotensi menyabotase perundingan yang baru saja dimulai kembali.
Sebuah pernyataan di saluran Telegram Hamas pada Senin malam mengatakan bahwa Haniyeh telah mengatakan kepada mediator selama panggilan telepon bahwa dia menganggap Netanyahu dan tentara Israel bertanggung jawab penuh atas potensi gagalnya perundingan.
Peningkatan pertempuran dapat mendorong segalanya kembali ke titik nol, ujar Haniyeh.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)