Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Putin Dapat Angin Segar Dari Donald Trump Jika Terpilih Jadi Presiden AS

Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat angin segar dari kandidat Presiden AS Donald Trump, jika ia terpilih jadi Presiden AS.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Putin Dapat Angin Segar Dari Donald Trump Jika Terpilih Jadi Presiden AS
Valery Sharifulin / TASS
Presiden Rusia Vladimir Putin 

TRIBUNNEWS.COM -- Presiden Rusia Vladimir Putin mendapat angin segar dari kandidat Presiden AS Donald Trump, jika ia terpilih jadi Presiden AS.

Eks Presiden AS itu mengatakan bahwa dia tidak akan memberikan sanksi kepada Rusia terkait dengan perang Ukraina.

Pasca terjadinya invasi Rusia di Ukraina, AS dan para sekutunya negara Barat telah memberikan banyak sanksi politik dan sanksi ekonomi dengan pembatasan-pembatasan yang dianggap merugikan.

Baca juga: Ukraina Akui Berulang Kali Coba Bunuh Putin, Rusia Yakin AS Beri Bantuan Intelijen

Dalam wawancaranya dengan Bloomberg yang ditayangkan padaSelasa (16/7/2024), Trump mengatakan ragu-ragu dengan sanksi yang telah diberlakukan tersebut. Namun demikian ia menghindari pertanyaan apakah sanksi yang telah ada akan dicabut atau tidak.

"Ya. Jadi yang kami lakukan dengan sanksi adalah memaksa semua orang menjauh dari kami. Jadi, saya tidak suka sanksi. Saya menganggapnya sangat berguna bagi Iran, tetapi saya bahkan tidak terlalu membutuhkan sanksi terhadap Iran. Saya mengatakan hal itu kepada Tiongkok, dan Rusia juga berada dalam posisi yang sama,” kata Trump, tanpa mengungkapkan apakah usulan kesepakatannya untuk mengakhiri konflik akan mencakup pencabutan sanksi.

”[Presiden Rusia Vladimir] Putin dan saya sangat akrab dengan hubungan kami. Kami tidak pernah berada dalam bahaya perang. Dia tidak akan pernah bisa masuk ke Ukraina,” kata Trump di bagian lain wawancara.

Terlepas dari dugaan skeptisnya terhadap sanksi, selama masa jabatannya, Trump tidak pernah meringankan hukuman era Obama terhadap Moskow terkait Krimea dan menargetkan Rusia dengan pembatasan tambahan untuk menunda pembangunan pipa gas alam Nord Stream 2 ke UE.

Berita Rekomendasi

Selama masa kepresidenannya, Trump juga terlibat dalam perang tarif yang memanas dengan Tiongkok, yang sekali lagi ia puji sebagai keberhasilan besar. Namun pada saat yang sama, Trump menuduh Presiden Joe Biden yang “sangat tidak kompeten” mendekatkan Rusia dan Tiongkok.

Baca juga: Mata-mata Ukraina Ungkap Usaha Pembunuhan Vladimir Putin

“Biden adalah orang yang bodoh. Dia memaksa Rusia dan Tiongkok untuk menikah. Mereka sudah menikah. Kemudian mereka menerima sepupu kecil mereka, Iran, dan kemudian mereka menerima Korea Utara. Mereka tidak membutuhkan orang lain,” klaim calon presiden dari Partai Republik itu.

“Ini adalah dunia yang sangat, sangat berbahaya. Dan saya sebenarnya khawatir dengan lima bulan yang tersisa. Benar, saya pikir Anda bisa berakhir dalam Perang Dunia III,” kata Trump dua hari sebelum debat pertamanya dengan Biden – dan dua minggu sebelum dia secara ajaib selamat dari upaya pembunuhan.

Ancaman Terbesar

Sedangkan pasangan Trump dari Partai Republik yang baru diumumkan, JD Vance mengatakan bahwa musuh sesungguhnya AS adalah China, bukan Rusia.

Karenanya Vance yakin Trump bakal mengakhiri permusuhan dengan Moskow jika mereka terpilih dalam Pilpres 2024.

Menurutnya, Washington harus mengalihkan fokusnya ke Tiongkok, dan menggambarkan Beijing sebagai “ancaman terbesar” bagi AS.

Jika Trump kembali menjadi presiden setelah pemilu tanggal 5 November, kebijakannya terhadap Ukraina akan “sangat sederhana,” kata Vance kepada Fox News tak lama setelah resmi dicalonkan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas