Buat Geram Bos IDF, Netanyahu Dituntut Minta Maaf usai Kritik Militer Israel, Halevi: Ini Serius
Kepala IDF menuntut Benjamin Netanyahu meminta maaf setelah mengkritik militer Israel di tengah situasi kurangnya pasukan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
Diketahui, perselisihan antara Netanyahu dan para pemimpin militer sudah beberapa kali terjadi sejak agresi di Gaza pada 7 Oktober 2023.
Perselisihan itu, terutama soal siapa yang harus bertanggung jawab atas Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan Hamas, kerap muncul ke publik.
Saat ini, Israel tengah menghadapi kecaman internasional di tengah genosida di Jalur Gaza.
Lebih dari 38.700 warga sipil Palestina tewas, mayoritas anak-anak dan perempuan, sementara lebih dari 89.000 lainnya terluka.
Militer Israel Kekurangan Pasukan
Sementara itu, militer Israel bakal segera memulai proses perekrutan pasukan dari komunitas Yahudi Ultra-Ortodoks pada pekan depan.
Pernyataan ini disampaikan langsung oleh militer Israel, Selasa (16/7/2024), dilansir Reuters.
Baca juga: PLO Kutuk Pembantaian Israel di Gaza dan Eskalasi di Tepi Barat, Bertanggung Jawab atas Genosida
Militer Israel mengatakan mulai Minggu (21/7/2024), "proses penerbitan perintah pemanggilan tahap awal untuk panggilan pertama" menjelang perekrutan bulan Juli, akan dilakukan.
Di hari yang sama, bentrokan terjadi antara pengunjuk rasa Yahudi Ultra-Ortodoks dan polisi.
Puluhan dari Yahudi Ultra-Ortodoks memblokor jalan raya utama Israel sebagai bentuk protes, tapi dengan cepat bisa dibubarkan.
Di hari yang sama, militer Israel mengakui mereka mengalami kekurangan tank, amunisi, hingga pasukan, di tengah serangan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Militer Israel mengungkapkan banyak tank rusak selama serangan ke Gaza dan amunisi sangat terbatas.
Kurangnya pasukan membuat munculnya petisi yang menuntut penggabungan pasukan wanita ke dalam Korps Lapis Baja Angkatan Darat.
Meski demikian, belum ada tindak lanjut mengenai usulan itu lantaran jumlah tank yang tak memadai.
"Jumlah tank operasional di Korps itu tidak mencukupi untuk kebutuhan perang dan untuk melakukan eksperiman penempatan pasukan wanita," lapor harian Israel, Yedioth Ahronoth.