Tumpahan Minyak Membentang 200 km di Dekat Kapal Chios Lion setelah Serangan Houthi di Laut Merah
Serangan udara Houthi menyasar sebuah kapal tanker berbendera Liberia. Liberia memiliki hubungan bilateral dengan Israel.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Kapal tanker berlambung ganda diperkenalkan pada awal tahun 1990-an menyusul serangkaian perjanjian internasional setelah bencana tumpahan minyak Exxon Valdez.
Lambung ganda juga telah menjadi fitur yang semakin umum di kapal induk tersebut.
Namun kapal itu dirancang untuk meminimalkan dampak kapal tanker yang kandas, atau bertabrakan dengan kapal lain, dibandingkan serangan eksplosif.
Kampanye Houthi saat ini, yang berfokus pada Laut Merah dan Teluk Aden, dimulai pada bulan November dan menimbulkan dampak besar pada perdagangan global.
Pada hari Rabu, sebuah perusahaan internasional besar mengatakan serangan kelompok Houthi telah mengganggu pengiriman melalui Laut Merah ke seluruh jaringan lautnya.
AP Moller-Maersk mengatakan dalam sebuah pernyataan:
“Dampak yang terus menerus dari gangguan ini melampaui rute-rute utama yang terkena dampak, menyebabkan kemacetan di rute-rute alternatif dan pusat-pusat trans-shipment yang penting untuk perdagangan dengan Asia Timur Jauh, Asia Tengah Barat, dan Eropa.”
Maersk dan perusahaan pelayaran lainnya telah mengalihkan kapal di sekitar Tanjung Harapan di Afrika sejak bulan Desember untuk menghindari Laut Merah.
Meski menghabiskan waktu pelayaran yang lebih lama mendorong tarif angkutan lebih tinggi.
Ekspor Asia lebih terpengaruh oleh situasi ini dibandingkan impor Asia, kata Maersk.
Maersk mengatakan permintaan kargo laut tetap tinggi secara global.
Angkutan udara, termasuk solusi laut-udara, digunakan sebagai alternatif untuk barang-barang yang membutuhkan waktu yang mendesak untuk dikirimkan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)