Bangladesh Dilanda Kerusuhan Mematikan, 32 Tewas, Ibu Kota Lumpuh, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Ibu kota Bangladesh, Dhaka, berada dalam kondisi internet padam total begitu juga dengan sambungan telepon.
Penulis: Malvyandie Haryadi
“Api masih terus menyala,” kata pejabat itu. “Kami telah keluar ke gerbang utama. Siaran kami telah ditutup untuk saat ini.”
Pemerintahan Hasina telah memerintahkan sekolah-sekolah dan universitas-universitas untuk ditutup tanpa batas waktu karena polisi meningkatkan upaya untuk mengendalikan situasi hukum dan ketertiban yang memburuk di negara tersebut.
Perdana Menteri muncul di stasiun televisi tersebut pada Rabu malam untuk mengutuk “pembunuhan” para pengunjuk rasa dan bersumpah bahwa mereka yang bertanggung jawab akan dihukum terlepas dari afiliasi politik mereka.
Menteri Hukum Anisul Huq mengatakan pemerintah bersedia berbicara dengan para pengunjuk rasa. Hasina sejauh ini menolak tuntutan para pengunjuk rasa.
“Kami bersedia untuk duduk [dan berbicara dengan mereka]. Kapanpun mereka mau duduk berdiskusi, itu akan terjadi,” kata Huq.
Namun kekerasan memburuk di jalan-jalan meskipun dia meminta ketenangan ketika polisi kembali berupaya membubarkan demonstrasi dengan peluru karet dan tembakan gas air mata.
“Permintaan pertama kami adalah perdana menteri harus meminta maaf kepada kami,” kata pengunjuk rasa Bidisha Rimjhim, 18, kepada AFP.
“Kedua, keadilan harus ditegakkan bagi saudara-saudara kita yang terbunuh,” tambahnya.
Setidaknya 25 orang tewas pada hari Kamis, ditambah tujuh orang tewas pada awal pekan ini, menurut penghitungan jumlah korban dari rumah sakit yang dikumpulkan oleh AFP, dengan ratusan lainnya terluka.
Persenjataan polisi menjadi penyebab setidaknya dua pertiga dari kematian tersebut, berdasarkan deskripsi yang diberikan kepada AFP dari angka rumah sakit.
“Ada tujuh orang tewas di sini,” kata seorang pejabat di Rumah Sakit Uttara Crescent di ibu kota Dhaka, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Sejauh ini, hampir 1.000 orang lainnya dirawat di rumah sakit karena luka-luka yang diderita selama bentrokan dengan polisi.
Didar Malekin dari outlet berita online Dhaka Times mengatakan kepada AFP bahwa Mehedi Hasan, salah satu reporternya, terbunuh saat meliput bentrokan di Dhaka.
Beberapa kota di Bangladesh menyaksikan kekerasan sepanjang hari ketika polisi anti huru hara bergerak menuju pengunjuk rasa yang memulai putaran lain blokade manusia di jalan raya.