Usai Harris, Giliran Trump Bertemu Netanyahu Hari Ini: Dianggap Bisa Perbaiki Hubungan
Trump bakal bertemu Netanyahu hari ini di kediamannya, Jumat (26/7/2024). Pertemuan ini dianggap bisa memperbaiki hubungan mereka yang sempat renggang
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Capres sekaligus mantan Presiden AS, Donald Trump bakal bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu pada hari ini, Jumat (26/7/2024) waktu setempat.
Adapun pertemuan ini terjadi setelah terakhir kali mereka bertemu pada tiga tahun lalu ketika Trump masih menjabat sebagai Presiden AS.
Dikutip dari CNN, pertemuan itu bakal digelar pada Jumat pagi waktu setempat di kediaman Trump di Mar-a-Lago yang diminta oleh Netanyahu.
Pertemuan ini dilakukan usai pidato Netanyahu di depan Kongres serta ketika bertemu Presiden dan Wakil Presiden AS, Joe Biden dan Kamala Harris di Gedung Putih.
Pasang Surut Hubungan Trump-Netanyahu
Sementara, pertemuan Trump dan Netanyahu dinilai sebagai upaya perbaikan hubungan di tengah konflik Hamas-Israel dan Pilpres AS.
Dalam pernyataannya, Trump pernah menggembor-gemborkan hubungan baiknya dengan Netanyahu dan melabeli dirinya sebagai orang paling pro-Israel saat masih menjabat sebagai Presiden AS.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, hubungan mereka memburuk dan tidak saling berbicara selama konflik Hamas-Israel berlangsung.
Tanda memburuknya hubungan mereka terlihat ketika Trump mengkritik Netanyahu yang dianggap tidak mampu menumpas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.
Baca juga: Survei Sementara Pilpres AS 2024: Elektabilitas Kamala Harris Unggul Tipis Kalahkan Donald Trump
Salah satu pejabat di era pemerintahan Trump pun sampai menjuluki hubungan mereka sebagai 'hubungan cinta tapi benci'.
Kendati demikian, sebelum serangan Hamas, Trump memang dikenal membuat kebijakan pro-Israel seperti memindahkan Kedubes AS di Israel dari ibu kota Tel Aviv ke Yerusalem.
Sebaliknya, Netanyahu pun sempat menyebut Trump sebagai rekan terbaik yang pernah dimiliki karena selalu membuat kebijakan pro-Israel.
Namun, 'hubungan mesra' mereka mulai memburuk ketika Netanyahu memberikan selamat kepada Biden ketika menang dalam Pilpres AS 2020 mengalahkan Trump.
"Persetan dengan dia," kata Trump kepada Netanyahu, dikutip dari The Guardian.
Trump juga merasa terkhianati ketika Netanyahu enggan untuk berpartisipasi dalam serangan ke Iran pada tahun 2020 sehingga menewaskan jenderal top Iran, Qasem Soleimani.
Sementara, dua sumber dekat Trump menuturkan bahwa Netanyahu sudah mencoba memperbaiki hubungan dengan mantan Presiden AS itu lewat komunikasi informal.
Lalu, pada Maret 2024, sekutu Trump melakukan perjalanan ke Israel untuk membahas konflik di Gaza.
Terkait konflik tersebut, Trump pun berkomentar bahwa Israel harus menyelesaikan sendiri.
Mau Temui Netanyahu, Trump Dianggap Rela Kesampingkan Ego Pribadi
Seorang penasihat senior kampanye Trump menuturkan kepada CNN bahwa kesediaan Trump untuk bertemu dengan Netanyahu menunjukkan "kesediaan eks Presiden AS itu untuk mengesampingkan perbedaan pribadi atau politik dan mengembangkan atau menjalin hubungan kembali dengannya dan mengembangkan hubungan kedua negara".
“Ini menunjukkan evolusi bagaimana Trump akan berperilaku di masa jabatan kedua,” tambah penasihat tersebut.
Sumber-sumber yang mengetahui pertemuan tersebut mengatakan bahwa tidak ada agenda yang ditetapkan atau pesan menyeluruh yang ingin disampaikan Trump.
Baca juga: Netanyahu dan Biden Bertemu, Gencatan Senjata Israel-Hamas Makin Dekat, Benarkah?
Namun, mantan presiden ini telah berulang kali mengatakan bahwa, jika terpilih pada bulan November, ia akan berusaha mengakhiri konflik di Timur Tengah dengan cepat tanpa memberikan rincian tentang bagaimana ia akan melakukannya.
Sebaliknya, ia berpendapat bahwa perang harus segera berakhir karena negara ini “kalah dalam perang"
Ditanya mengenai pertemuan tersebut dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada hari Kamis, Trump mengungkapkan dirinya bakal mendesak Netanyahu untuk segera menyelesaikan konflik di Gaza.
Dia juga menegaskan dalam wawancara tersebut bahwa serangan 7 Oktober tidak akan terjadi jika dia menjadi presiden, sebuah klaim yang sering dia ulangi dalam kampanye.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina-Israel