Netanyahu Sibuk Pilih Target di Lebanon usai Israel Tuduh Hizbullah Ngebom Golan
Netanyahu sedang memilih target untuk serangan balasan terhadap Hizbullah setelah Israel menuduh Hizbullah ngebom Golan yang menewaskan 12 orang.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan sedang memilih target untuk serangan balasannya terhadap Hizbullah Lebanon.
Rencana serangan ini sebagai balasan atas jatuhnya rudal yang diduga diluncurkan dari Lebanon dan jatuh di lapangan bola di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, Sabtu (27/7/2024).
Sedikitnya 12 orang tewas dan lebih dari 40 lainnya terluka akibat insiden itu.
Netanyahu yang baru pulang dari kunjungan untuk menemui sekutunya, Amerika Serikat, langsung menggelar rapat setibanya di Israel, Minggu (28/7/2024).
"Setelah 3 jam, rapat kabinet berakhir, dan Netanyahu serta Menteri Angkatan Darat diberi wewenang untuk memilih sasaran militer yang dia ancam akan dibom di Lebanon," lapor media Israel, Yedioth Ahronoth, Minggu malam.
Media tersebut melaporkan dua menteri pemukim ekstremis, Ben Gvir dan Bezalel Smotrich, abstain sebagai protes karena tidak diberi peran dalam menetapkan target.
"Perkiraan menunjukkan bahwa serangan tersebut akan terbatas, namun dampaknya akan kuat," lanjutnya.
Radio Angkatan Darat Israel melaporkan para pejabat keamanan Israel meyakinkan para pemimpin politik agar rencana yang disusun dapat segera dilaksanakan.
"Israel tidak tertarik pada perang menyeluruh dengan Hizbullah, namun hanya ingin memberikan pukulan telak terhadap Hizbullah," menurut laporan Radio Angkatan Darat Israel.
Media itu sebelumnya mengatakan tentara Israel telah merumuskan beberapa kemungkinan skenario serangan terhadap Lebanon dan menyampaikannya kepada pimpinan politik.
Sementara itu, Dewan kota di Galilea Atas dan Galilea Barat menyarankan warga untuk tinggal di dekat tempat penampungan setelah insiden jatuhnya rudal di Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Baca juga: Murka Iran Gegara Israel Tuduh Hizbullah Ngebom Golan, Ultimatum 3 Hal: Kami Tak Takut
Sebelumnya, militer Israel menuduh Hizbullah bertanggung jawab atas insiden di Golan dan mengatakan Hizbullah setidaknya meluncurkan 40 rudal dalam tiga serangan terpisah pada Sabtu (27/7/2024).
Namun, Hizbullah mengatakan pihaknya tidak terlibat dalam insiden itu.
Hizbullah menulis dalam pernyataannya mereka tidak menargetkan Majdal Shams dan kemungkinan rudal yang jatuh tersebut adalah akibat kegagalan sistem pertahanan udara Israel, seperti diberitakan Al Jazeera.
Meski demikian, Netanyahu tetap berjanji akan menyerang Lebanon sebagai balasan terhadap Hizbullah.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bergabung dengan perlawanan membela rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Hizbullah menyerang sasaran militer Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, dari wilayah Lebanon selatan yang merupakan basis militer Hizbullah.
Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang perbatasan jika Israel menghentikan serangan militernya di Jalur Gaza.
Jumlah Korban
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.324 jiwa dan 90.830 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (28/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan Yedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel