Brigade Al-Qassam Kirim Pesan ke Hizbullah Jelang Invasi Israel ke Lebanon: IDF Tak Punya Tank Lagi
Video tersebut menyertakan montase kendaraan tempur tentara pendudukan Israel dan kendaraan lapis baja yang hancur di kota Rafah di Jalur Gaza selatan
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Brigade Al-Qassam Kirim Pesan ke Hizbullah Jelang Invasi Israel ke Lebanon: Tak Ada Tank IDF Tersisa!
TRIBUNNEWS.COM - Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina Hamas, menyiarkan pesan video yang mereka nyatakan ditujukan kepada Milisi Perlawanan Lebanon, Hizbullah.
Pesan ini muncul saat Israel mendeklarasikan segera melancarkan serangan balasan besar- diduga pelaksanaan invasi militer ke Lebanon- guna memukul mundur petempur Hizbullah yang bercokol dan setiap hari merongrong teritorial pendudukan sebagai dukungan terhadap milisi Palestina.
Baca juga: Buah Simalakama Israel, Perlawanan Tepi Barat Berkobar Saat Petempur Gaza Masih Menyala
Video tersebut menyertakan montase kendaraan tempur tentara pendudukan Israel dan kendaraan lapis baja yang hancur di kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Video tersebut juga menyertakan pernyataan dari pidato sebelumnya oleh Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant kepada tentaranya awal bulan ini, di mana ia mengatakan bahwa tank yang ke luar dari Rafah dapat mencapai Litani.
Baca juga: Menteri Pertahanan Israel: Tank yang Tinggalkan Rafah Mampu Bergerak Sampai ke Litani di Lebanon
Pernyataan tersebut dibuat dalam konteks ancaman kepada Hizbullah Lebanon bahwa Israel siap untuk meningkatkan konfrontasi di Lebanon selatan dan Israel utara.
Ini diikuti oleh adegan yang dipercepat dari penargetan dan peledakan kendaraan dan tank Israel di kapak pertempuran di Rafah, serta adegan penarikan kendaraan yang hancur dari kota.
Selain itu, klip tersebut juga menyertakan pesan dari Brigade Al-Qassam kepada Perlawanan di Lebanon yang berbunyi,
“Ini adalah kendaraan lapis baja Gallant yang keluar dari Rafah, dan kami yakin Anda akan menyelesaikan misi (menghancurkan lebih banyak tank Israel di Lebanon).”
Klip tersebut diakhiri dengan pernyataan oleh Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah: “Anda tidak akan memiliki tank lagi.”
Pada Minggu malam, kabinet Israel menugaskan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Gallant untuk menentukan bagaimana dan kapan akan menyerang Hizbullah terkait insiden Majdal Shams.
Baca juga: IDF Ungkap Penyebab Iron Dome Gagal Cegat Rudal ke Majdal Shams, Waktu Peringatan Cuma 20 Detik
Pada Sabtu, 12 orang dari komunitas Druze – kebanyakan dari mereka anak-anak – tewas dan sekitar 40 lainnya terluka ketika sebuah roket jatuh di stadion sepak bola di kota Majdal Shams di Golan Suriah yang diduduki.
Tentara Israel menuduh Hizbullah berada di balik serangan itu dan mengancam akan membalasnya.
Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Baca juga: Pemboman Majdal Shams Ulah Roket Falaq Hizbullah atau Justru Gegara Rudal Eror Iron Dome Israel?
Warga Lebanon Tak Takut Ancaman Israel
Ancaman Israel yang akan melancarkan serangan habis-habisan ke Lebanon rupanya tidak membuat warga Lebanon takut.
Mereka justru menjalani hidup seperti biasa.
Seperti di saat cuaca panas terik melanda Lebanon, warga berbondong-bondong ke pantai untuk menyegarkan diri.
Seorang reporter Anadolu mewawancarai warga di Tyre yang sedang berenang di laut.
Ryan Fayad yang merupakan seorang ekspatriat Lebanon dari Abidjan, Pantai Gading ia mengaku sedang berlibur di pantai Tyre.
Saat ditanya tentang ancaman Israel, ia mengaku sama sekali tidak takut.
"Semua orang senang dan tidak ada yang takut. Masyarakat menjalani kehidupan seperti biasa," katanya, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Warga lainnya, Abdullah Yahya, secara halus merujuk pada Hizbullah dan mengatakan ada kekuatan di Lebanon untuk mencegah Israel menargetkan warga sipil.
Itulah sebabnya warga sipil terus menjalani kehidupan normal.
Meski rumah Yahya dekat dengan Israel, ia mengatakan ancaman Israel tidak mempengaruhi kehidupannya.
"Rumah kami sangat dekat dengan Israel. Namun, kami tetap pergi keluar, datang ke Tirus, dan melanjutkan hidup kami seperti sebelumnya," kata Yahya.
Selama 10 bulan terakhir, Israel dan kelompok Hizbullah saling melancarkan serangan di sepanjang perbatasan 120 kilometer.
Ketegangan menjadi semakin meningkat setelah wilayah koa Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan diserang oleh rudal.
Serangan rudal yang terjadi pada hari Sabtu (27/7/2024) ini menewaskan 12 orang di lapangan bola kota tersebut.
Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan tersebut dan mengklaim bahwa kelompok Lebanon tersebut menargetkan kota tersebut dengan "roket Iran".
Perdana Menteri pendudukan Israel Benjamin Netanyahu juga bersumpah akan membalas serangan itu.
"Israel tidak akan membiarkan serangan mematikan ini tidak terbalas dan Hizbullah akan membayar harga yang mahal untuk itu, harga yang belum pernah dibayarnya sebelumnya," menurut pernyataan dari kantornya, dikutip dari Al Mayadeen.
Namun Hizbullah membantah terlibat dalam serangan itu.
"Kami dengan tegas membantah tuduhan yang dilaporkan oleh media musuh tertentu dan berbagai platform media mengenai penargetan Majdal Shams," kata Hizbullah.
"Perlawanan Islam tidak ada hubungannya dengan insiden ini," tegasnya.
Netanyahu Diusir saat Tiba di Majdal Shams
Netanyahu telah tiba di Majdal Shams, tempat serangan brutal menewaskan 12 anak di lapangan sepak bola kota itu, bersama konvoi pejabat keamanan tinggi.
Bukan disambut dengan baik, penduduk Suriah di Majdal Shams di Golan Suriah yang diduduki Israel justru berusaha mengusir Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari desa tersebut.
Para demonstran mengecam Perdana Menteri Israel, mengecamnya sebagai "pembunuh anak" dan "penjahat".
Kunjungan Netanyahu ke kota itu tidak berlangsung lebih dari 15 menit.
Keluarga korban serangan rudal juga menolak untuk bertemu dengan Netanyahu.
"Pihak berwenang berupaya mengatur pertemuan antara Perdana Menteri dan keluarga korban, tetapi gagal karena penolakan keluarga," tulis Hareetz.
Kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah telah meningkat di tengah saling serang lintas perbatasan antara kedua belah pihak.
Serangan semakin meningkat ketika Hizbullah mendukung sekutu Hamas sejak 7 Oktober 2023.
Di Lebanon, kekerasan lintas perbatasan sejak Oktober telah menewaskan 511 orang.
Sebagian besar pejuang tetapi juga 104 lainnya merupakan warga sipil.
Kekerasan ini sebagian besar terjadi di wilayah perbatasan.
(oln/pc/*)