Warga Bangladesh Hancurkan Patung Pendiri Bangsa, Serang Penjara Bebaskan Paksa 500 Napi
Kerusuhan di Bangladeh semakin tak terkendali. Pasca lengsernya Perdana Menteri Sheikh Hasina, kerusuhan terjadi di mana-mana.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Kerusuhan di Bangladeh semakin tak terkendali. Pasca lengsernya Perdana Menteri Sheikh Hasina, kerusuhan terjadi di mana-mana.
Hampir seluruh kota di negeri pecahannya India tersebut rusuh.
Kemarahan masyarakat ditujukan pada gedung-gedung pemerintahan setempat.
Baca juga: Militer Bangladesh Manfaatkan Kerusuhan, Paksa Hasina Mundur Sebagai Perdana Menteri dalam 45 Menit
Dhaka Tribune memberitakan, di Ibu Kota Dhaka, para pengunjuk rasa menyerbu gedung parlemen. Video-video penyerbuan tersebut berseliweran di media sosial.
Kediaman Perdana Menteri Sheikh Hasina menjadi bulan-bulanan warga, seluruh isinya diobrak-abrik.
Sementara untuk melampiaskan kekesalannya terhadap aturan mengenai pegawai negeri Bangladeh, pendemo juga menghancurkan patung pendiri negara Sheikh Mujibur Rahman dan membakar museumnya.
Kantor partai berkuasa, Liga Awami juga tak luput dari aksi vandalisme, gedung itu ludes diamuk para pendemo.
Mereka juga menyerang rumah-rumah perwakilan partai yang berkuasa, kantor-kantor polisi dan kantor-kantor saluran TV terkemuka. Bandara Internasional Dhaka ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Kerusuhan di Daerah
Sementara di Distrik Sherpur di Bangladesh utara, masyarakat pendemo bersenjata batu dan tongkat memaksa masuk ke sebuah penjara.
Dhaka Tribune memberitakan, para warga yang sedang kalap tersebut membebaskan secara paksa lebih dari 500 narapidana.
Baca juga: PM Bangladesh Sheikh Hasina Mundur, Kediaman Resmi Diserbu Massa
Perusakan terhadap kantor pemerintah terjadi di mana-mana, mereka juga tak takut membakar kantor polisi.
Pusat pertokoan pun menjadi korban paling parah, gerai-gerai perdagangan dan toko-toko dijarah hingga ludes.
Daily Star mengabarkan, setidaknya ada 300 warga bangladesh yang meninggal dalam kejadian tersebut.
Namun, saluran televisi India Today mengatakan korban sebenarnya mungkin jauh lebih besar.
Mewawancarai sumber tidak resmi, saluran televisi tetangga India itu mengatakan bahwa jumlah korban mungkin berkisar antara 1.000 hingga 1.400.
Protes menuntut penghapusan kuota pekerjaan bagi keluarga peserta perang kemerdekaan tahun 1971 digelar mahasiswa sejak awal Juli lalu.
Demo mereka akhirnya berkembang menjadi kerusuhan dan berakhir dengan mengundurkan dirinya sang Perdana Menteri Sheikh Hasina yang telah berkuasa selama 15 tahun.
Kini Hasina telah kabur menyelamatkan diri di India.