Alasan Hamas Tunjuk Yahya Sinwar Gantikan Ismail Haniyeh, Dianggap Sebagai Pesan Perlawanan
Seorang pejabat di Hamas mengungkapkan alasan mengapa Yahya Sinwar ditunjuk sebagai pengganti Ismail Haniyeh.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Garudea Prabawati
Sinwar tidak terlihat di depan publik sejak serangan pada bulan Oktober, dan diyakini bersembunyi “10 lantai di bawah tanah” di Gaza, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada bulan Juni.
Javed Ali, mantan pejabat Dewan Keamanan Nasional AS, mengatakan kepada BBC bahwa pengangkatan Sinwar dapat semakin menghambat perundingan gencatan senjata.
Selain itu, kata Ali, pembebasan sandera juga akan terhambat karena ia "jauh lebih tidak fleksibel dan jauh lebih sulit diajak berunding".
Sosok Yahya Sinwar
Yahya Sinwar telah lama dipandang sebagai salah satu pemimpin kelompok militan yang paling berpengaruh.
Baca juga: Hamas Terbitkan Biografi Yahya Sinwar, Pakar Militer: Israel Salah Langkah, Tamparan Bagi Netanyahu
Pemilihannya pada hari Selasa sebagai pemimpin diplomatik tertinggi Hamas mengokohkan kekuasaannya.
Pria yang lahir di Gaza pada tahun 1962 itu, berasal dari keluarga yang telah meninggalkan kampung halamannya karena perang yang terjadi menjelang pembentukan negara Israel.
Dikutip dari New York Times, Sinwar direkrut oleh pendiri Hamas, Sheik Ahmed Yassin, yang mengangkatnya sebagai kepala unit keamanan internal yang dikenal sebagai Al Majd.
Tugasnya adalah menemukan dan menghukum mereka yang diduga melanggar hukum moralitas Islam atau bekerja sama dengan penjajah Israel.
Menurut catatan pengadilan Israel, Sinwar dipenjara pada tahun 1988 karena membunuh empat orang Palestina yang dituduhnya murtad atau bekerja sama dengan Israel.
Baca juga: Siapa Yahya Sinwar yang kini menjadi pemimpin Hamas?
Ia menghabiskan lebih dari dua dekade di penjara Israel, di mana ia belajar bahasa Ibrani dan mengembangkan pemahaman tentang budaya dan masyarakat Israel.
Saat dipenjara, Sinwar memanfaatkan program universitas daring dan melahap berita-berita Israel.
Ia menerjemahkan ke dalam bahasa Arab puluhan ribu halaman otobiografi berbahasa Ibrani yang ditulis oleh mantan kepala badan keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet.
Yuval Bitton, seorang dokter gigi Israel yang merawat Sinwar saat ia ditahan dan yang menjalin hubungan dengannya.
Bitton mengatakan Sinwar diam-diam membagikan halaman-halaman yang diterjemahkan tersebut agar para narapidana dapat mempelajari taktik antiterorisme lembaga tersebut.